Jawaban Pihak Kepolisian soal Jenazah Korban Aksi 22 Mei, Keluarga Sebut Dipersulit untuk Pemulangan

Jawaban Pihak Kepolisian soal Jenazah Korban Aksi 22 Mei, Keluarga Sebut Dipersulit untuk Pemulangan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Aksi 21-22 Mei di Jakarta masih menyisakan banyak tanya.

Satu di antaranya terkait jenazah dari korban aksi 21-22 Mei.

Program acara Fakta menanyakan pada pihak kepolisian soal adanya polemik pemulangan jenazah di aksi 21-22 Mei, Senin (3/6/2019).

Diketahui, Harun (15) meninggal dunia akibar aksi 21-22 Mei, pihak keluarga mengatakan ada sejumlah kendala dalam pengurusan jenazah Harun dari rumah sakit.

"Pak ini ada yang harus diklarifikasi dari pihak kepolisian, kenapa karena pada waktu di RS Polri kita tahu ada jenazah yang bernama almarhum Harun Al Rasyid umur 15 tahun, saat kemudian proses sampai ke RS Polri keluarga merasa sempat dipersulit segala macam, sebenarnya apa yang terjadi Pak Iqbal dalam proses penanganan serah terima jenazah?," tanya Balqis pembawa acara Fakta.

Pihak kepolisian yang diwakili oleh Irjen Pol. Muhammad Iqbal selaku Kadiv Humas Polri membantah adanya kabar tersebut.

"Saya kira tidak mungkin kepolisian untuk mempersulit itu karena dengan dipermudahnya proses identifikasi jenazah kita malah terbantu," ujar Iqbal.

"Karena kita sudah mempunyai petunjuk-petunjuk baik itu berupa informasi intelijen bahkan tersangka-tersangka yang sudah kita tangkap terus juga mereka melakukan BAP dan pengakuan-pengakuan bahwa kelompok ini adalah kelompok perusuh," tambahnya.

Ia lalu bercerita soal adanya kelompok perusuh yang ada di aksi 21 dan 22 Mei.

"Bahwa selalu ada 21 itu ada 2 segmen, 22 ada 2 segmen, ada peristiwa satu peristiwa 2," kata Iqbal.

"21 juga aksi damai enggak ada masalah pulang, tiba-tiba masa perusuh bag big bug dan lain-lain pakai mercon, pakai molotov, pakai parang, dan sebagainya."

"Menyerang bukannya menyampaikan pendapat, provokatif dsb, tanggal 22 lebih hebat lagi mereka berada di kelompok unjuk rasa damai itu kita katakanlah tidak sempat lagi salat isya, habis salat magrib mereka main."

Lihat videonya 31.32:


Diberitakan sebelumnya, Harun Al Rasyid (15) ditemukan meninggal dunia saat aksi 21 Mei.

Keluarga Harun sempat menceritakan kronologi pamitnya Harun dari rumah hingga ia dilaporkan meninggal dunia.

Hal ini diceritakan oleh ayah Harun, Didin Wahyudi dan ibunya, Yuni, Senin (27/5/2019), dalam wawancara dengan tvOne yang diunggah di saluran YouTube tvOneNews, Senin (27/5/2019).

Yuni mengatakan anaknya pergi dari rumah sejak Selasa (21/5/2019).

Saat itu, kata Yuni, Harun berpamitan untuk bermain layang-layang sepulang sekolah.

Ia meminta uang Rp 5 ribu pada Yuni untuk membuat layangan bersama teman-temannya.

Namun, hingga tiba waktu berbuka, Harun tak kunjung pulang ke rumah.

Keluarga masih menanti kehadiran Harun yang biasanya memang mengadakan berbuka bersama temannya.

Hingga sahur pada Rabu (22/5/2019) Harun juga tak kunjung pulang ke rumah.

Selepas berbuka, keluarga pun memutuskan untuk mencari Harun di tempat ia biasa bermain.

Beberapa temannya mengatakan bahwa Harun pergi ke daerah Slipi sejak Selasa (21/5/2019).

Belum selesai dalam pencarian, Didin dan Yuni di telepon untuk segera pulang ke rumah.

Selang beberapa waktu setelah pencarian Didin dan Yuni, tim relawan mendatangi rumah Harun untuk mencocokkan korban yang mereka temukan.

Tim relawan mencoba mencari data berdasarkan korban yang ada di Rumah Sakit (RS) Dharmais, Jakarta.

Karena saat itu ada korban aksi 22 Mei yang mirip dengan Harun yang berusia muda juga.

"Jadi coba cocokkan fotonya Harun dengan yang ada di RS Dharmais karena di Dharmais itu ada anak umur 14 tahun korban tembak polisi, beritanya seperti itu," ujar Didin.

"Di share di grup HP saya memang mirip seperti Harun, matanya gitu mirip, tapi rambutnya agak keriting jadi enggak mirip Harun," tambah Didin.

"Enggak lama tim dari relawan datang ke rumah mencocokkan bahwa foto yang di share di grup itu mirip tidak dengan data yang mereka punya."

Didin bercerita tim relawan yang mendatanginya merupakan orang yang pertama kali menemukan Harun dan membawa ke RS.

"Tim relawan yang pertama kali menemukan anak saya di TKP terus diangkat ke ambulans. Jadi awal mereka tahu itu diangkat ke RS Dharmais mereka tahu semua kondisinya," ujar Didin.

"Kondisi anak saya di sininya nih (memegang tengkuk kepala) lembek terus ada peluru (memegang bahu kanan) lubang tembus katanya ke sini, ke paru-paru, jantung," kata Didin sambil menunjukkan beberapa luka yang didapat Harun.

"Akhirnya karena tidak tahan itu sekitar pukul 21.45 WIB dinyatakan anak saya enggak ada tanggal 22 (Mei)," tambahnya.

Keluarga Harun lalu diminta untuk ke RS mengambil jenazah dari Harun.

Jenazah Harun pun telah dipindahkan ke RS Kramat Jati, Jakarta.

Orangtua Harun memutuskan untuk mewakilkan pengambilan jenazah Harun ke keluarganya.

"Terpaksa saya wakilkan pada orang tua saya dan adik paling bungsu mereka jalan ke sana, sebenarnya tidak langsung ke Dharmais karena posisinya dioper ke RS Kramat Jati jadi sampai di Kramat Jati katanya tidak bisa diambil karena jenazahnya ini harus melalui proses minta surat pengantar dari Polres Jakarta Barat," kata Didin.

Namun, hingga Harun meninggal, pihak keluarga tidak diberi tahu apa penyebab Harun meninggal dunia.

"Tidak ada (yang beri tahu), bahkan waktu orangtua saya di Kramat Jati pun di rumah sakit itu tidak boleh melihat mayatnya," kata Didin.

"Dia hanya bisa melihat foto di HP, 'betulkah bapak ini namanya anak ini', dan namanya pun disebutkan Mr X," tambahnya.

Didin tak mengetahui alasan anaknya tak diberi nama, saat itu ia hanya berpikir karena Harun tidak membawa kartu identitas sama sekali.

Ynu mengatakan hingga sekarang belum ada pihak kepolisian yang memberikan keterangan mengenai penyebab meninggalnya sang putra.[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita