Tragedi Pemilu 2019, Insan Pers Membisu, Wartawan Senior: Lakukan Investigasi!

Tragedi Pemilu 2019, Insan Pers Membisu, Wartawan Senior: Lakukan Investigasi!

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wartawan Senior, M. Nigara berpesan kepada para wartawan Indonesia agar menjalankan tugasnya sesuai hati nurani dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran, tidak mati suri atas nama apa pun.

“Saudaraku, para wartawan Indonesia, di mana saja engkau berada. Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan hidup hingga hari ini. Diberi kesehatan, dan insyaa Allah juga diberi kesempatan bertaubat oleh Allah SWT. Aamiin. Saudaraku, engkau boleh suka atau tidak suka padaku. Engkau boleh marah atau memakiku. Aku akan menghormati semua keputusanmu. Dari hati yang paling dalam, aku mohon maaf jika tulisan ini akan menyinggung dan menyakitimu.”

Nigara, wartawan olahraga itu, mantan Pemred Tabloid GO, mempertanyakan, wajarkah kematian lebih dari 500 orang untuk satu event dan satu momen yang bernama Pemilu dan Pilpres 2019 ini? “Tidakkah engkau tergelitik berpikir ada sesuatu yang aneh di situ?”

Dulu, tepatnya 29 Mei 1985, di Stadion Heysel, Brussel, Belgia. “Engkau pasti ikut mengutuk kisah kelam itu. Aku ingatkan kisahnya. Ya, waktu itu laga final Piala Champions Eropa, Liverpool vs Juventus.”

Terjadi kerusuhan antar suporter. Sebanyak 36 orang meninggal dan ribuan orang dari 60 ribu penonton, terluka. Sebagai wartawan, khususnya yang seusianya atau yang generasinya di bawahnya edikit, kita sama-sama mengutuk kejadian itu. Bahkan ketika akhirnya Federasi Sepakbola Inggris, dihukum dua tahun, kita semua bersorak.

Tapi, untuk kematian KPPS, Polisi, saksi, dan petugas lainnya meninggal di Pemilu dan Pilpres kali ini, demi negeri kita tercinta ini, insan pers membisu? Bukankah angka pupusnya 500 nyawa saudara kita ini, bahkan kini lebih, itu sangat banyak? “Bukankah naluri kita sebagai wartawan telah diasah untuk melakukan investigasi? Bukankah kita biasa lekat dengan logika investigating reporting?”

“Ada apa denganmu saudaraku? Mengapa engkau seolah menerima kematian tak wajar itu sebagai sesuatu yang biasa saja? Mengapa engkau seolah-olah menutup diri? Ada apa saudaraku? Ada apa PWI, AJI, IJTI, dan engkau semuanya?”

Nigara melanjutkan, tidakkah engkau malu oleh dr. Ani Hasibuan yang hatinya tergerak untuk melakukannya seorang diri. Ani telah menyingkirkan segala resiko yang bakal ia terima. “Tidakkah engkau malu oleh ratusan dokter yang mengajukan tuntutan keberatan atas kematian masal itu? Mereka didampingi pengacara Elza Syarif, resmi mengajukan hal itu pada penguasa.”

“Engkau, saudaraku wartawan, sedang apakah hingga tampaknya tak berempati sama sekali? Beruntung ada TV One yang masih mau melakukan hal itu, meski tekanan ke TV swasta itu makin keras.”

Nigara berpesan sungguh-sungguh. “Sekali lagi, dimanakah nuranimu saudaraku para wartawan? Jangan pernah takut kehilangan pekerjaan atau rejeki karena kejujuran kita, yakin Allah sudah atur semuanya. [mc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita