Sore Seberang Istana

Sore Seberang Istana

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh: Setiawan Budi*

Di akun Twitter zarra zetira, saya coba memberikan pendapat terkait pertemuan AHY-JKW.

“Seharusnya tidak melakukan pertemuan dgn pihak sebelah sebelum penetapan pemenang dari KPU”

Kedekatan dengan menjalin pertemuan dengan pihak sebelah dari koalisi Prabowo-Sandi bisa di jadikan framing oleh kubu sebelah. Dan wajar apabila ada tuduhan bahwa Demokrat mulai berpaling.

Kita gak tau apa yang di bicarakan dalam pertemuan itu, kita juga gak memahami apa alasan Jokowi gak dampingi AHY konfrensi pers seusai bertemu. Semuanya sah2 saja dalam berpendapat dan membaca bahasa tubuh dari 2 tokoh yang bertemu.

Politik itu memang kejam, 1 jam ini bisa berteman, 1 detik kemudian bisa bermusuhan dan saling membongkar kekurangan pada kubu lawan.

Kubu Jokowi memang masif menjalin komunikasi politik usai pencoblosan. Komunikasi politik ini gak biasa terjadi, dimana seharusnya komunikasi politik di lakukan setelah adanya penetapan pemenang pemilu versi KPU.

Awalnya PAN di dekati kubu jokowi, foto ketua PAN Zulkifli Hasan di jadikan framing oleh TKN bahwa sudah ada arah pembicaraan politik. Namun pernyataan TKN langsung di bantah Ketum PAN sendiri.

Seusai PAN, seorang Luhut mencoba mendekati dengan kata penuh puji pada diri Prabowo. Ini termasuk sebuah rencana mereka, mencoba berkomunikasi dengan sesuatu yang berbentuk tawaran. Namun lagi2 usaha kubu sebelah bertepuk sebelah tangan, tim BPN menyatakan Prabowo tidak berniat bertemu utusan sebelah sampai penetapan KPU.

Kubu sebelah gak patah arang, Demokrat di dekati. Dari keterangan zarra zetira kader Demokrat, pertemuan itu di mulai Dengan undangan dari kubu Jokowi pada demokrat.

Kita tau sama tau, partai ini selalu ingin terlihat manis di hadapan semua orang, pencitraan Jokowi masih belum luar biasa jika di bandingkan dengan demokrat. Kalau saya menilai mereka, partai ini memang partai yang paling TABAH di dunia.

Sepanjang Jokowi memimpin, mungkin gak terhitung lagi berapa kali SBY di salahkan oleh rezim Jokowi. Putusan presidential Threshold 20% juga sudah menghancurkan ambisi mereka dalam memasukkan nama AHY sebagai calon potensial wakil presiden, jika di tarik lagi kebelakang, harusnya mereka tau siapa kelompok yang memusnahkan ambisi mereka itu.

Berkali-kali di pukul dan di bantai, gak membuat kubu Demokrat bersama SBY sakit hati pada jokowi. Justru mereka selalu sumringah jika mendapatkan peranan yang di tawarkan oleh kubu sebelah, termasuk undangan pertemuan antara AHY dan Jokowi di istana.

Pertemuan ini merupakan skenario kubu sebelah dalam upaya menghancurkan koalisi Prabowo. Penolakan Prabowo bertemu Luhut membuat mereka perlu memainkan strategi merayu partai koalisi lanjutan.

Dan Demokrat yang jadi sasaran.

Akan jadi indah bagi kubu sebelah, apabila partai koalisi Prabowo berpaling dan meninggalkan Prabowo sorang diri bersama PKS. Perjuangan menggali kecurangan yang sudah di canangkan akan mudah di hancurkan saat mereka tiada kawan.

Pertemuan partai bersama seorang pemimpin sangat lugu apabila di anggap sebagai silaturahmi biasa. Jangan polos lah.

Pastinya ada sebuah tawaran yang di tawarkan pada demokrat. Sejauh apa yang telah Demokrat lakukan bersama BPN, saya masih percaya komitmen Demokrat tetap berada di koalisi Prabowo-Sandi.

Hari ini, Prabowo kembali akan kunjungi ibu Ani di singapura. Dan jangan lugu juga menganggap kunjungan Prabowo hanya untuk melihat kondisi ibu Ani setelah perawatan kanker darahnya. Bukan sesederhana itu.

Kunjungan Prabowo selain ingin melihat kondisi ibu Ani , pasti terkait pertemuan AHY-JKW di istana. Seorang Prabowo ingin memastikan apa yang di bicarakan dan bagaimana langkah Demokrat setelah pertemuan.

Pastinya sudah ada komunikasi antara PS dan SBY melalui hubungan telp. Berbicara melalui sambungan telp yang sarat penyadapan, tentu saja gak aman. Cara yang baik adalah berkunjung dan bicara di sana tanpa khawatir obrolan akan di rekam mereka.

Terlalu cepat apabila kita menilai bahwa Demokrat sudah berpaling, atau akan bertahan.

Jangan terlalu cepat menghakimi demokrat. Biarkan etika politik bicara dengan cara mereka. Tapi etika kita tetap di jaga. Terburu-buru hakimi Demokrat, itu juga gak baik. Sedikit banyaknya, mereka sudah banyak peranan di BPN.

Tunggu 2 hari lagi, setelah Prabowo berkunjung ke singapura, maka kita akan tau langkah selanjutnya.

*) Pegiat Medsos, Pemerhati Politik
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita