GELORA.CO - Tim Pakar Ekonomi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga, Rizal Ramli (RR), mengatakan saat Pilpres 2014 ada kecurangan, namun skalanya relatif kecil. Prabowo pun waktu itu legowo tak mau protes dan menerima. Namun tahun ini berbeda, lantaran dia mengklaim skala kecurangannya sangat luar biasa.
"Tapi kali ini, skala kecurangannya luar biasa. Sebelum pilpres pada saat pilpres dan setelah pilpres. Yang paling signifikan adalah DPT palsu yang jumlahnya 16,5 juta. Pak Hashim sudah protes 3 bulan lalu, ada puluhan ribu penduduk nama ttl kota sama itu jelas abal-abal," kata Rizal dalam simposium 'Mengungkap Fakta Kecurangan Pemilu 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Rizal pun mengaku heran Jokowi dinyatakan sebagai pemenang dalam Pilpres 2019, mengingat ada banyak data yang tak pantas. Kemudian banyak masyarakat yang mengeluhkan pemerintahan saat Jokowi. Lantaran ekonomi susah, daya beli rakyat anjlok, harga-harga bahan pokok dan terkait lainnya mahal.
"Ekonomi susah rakyat daya beli anjlok, harga mahal, umat Islam merasa tak adil, kok bisa naik. Jadi memang dirancang harus menang.Dari TPS yang ada, 13,5 persen salah input. Komputer itu ada front end. saudara salah masuki data dan ID itu ditolak, masukin lebih dari data pasti ditolak. Selain frontend ada backend, itu yang bisa diatur dan diubah. Jadi kejahatan paling besar ada di backend komputer," pungkasnya. [inl]