Oleh Asyari Usman (wartawan senior)
Dengan angkuhnya Hendropriyono mengumumkan bantuan anjing pelacak sebanyak 150 ekor. Anjing yang terlatih hebat. Dan memang cukup menakjubkan kehebatan anjing impor itu kalau dilihat video demonya.
Anjing yang hebat-hebat itu, kata Hendro, akan digunakan untuk menghalau para peserta buka puasa di depan KPU, 22 Mei 2019. Pada hari itu akan diumumkan persentase perolehan suara pilpres. Hitungan yang, oleh publik, disebut penuh kecurangan terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
Anjing-anjing impor dari Eropa itu sangat dibanggakan oleh Hendro. Tersirat keyakinan Hendro bahwa anjing-anjing hebat tsb akan mampu menyelamatkan para penipu pilpres. Bahasa yang digunakannya seolah dia dan para elit musuh rakyat menganggap massa rakyat seperti objek perburuan. Yaitu, rakyat yang pantas dihalau dengan anjing.
Hendro keliru besar. Justru para penipu dan perampok pilpreslah yang sedang diburu oleh kejahatan mereka sendiri. Yang sedang dikejar oleh rakyat di seluruh pelosok negeri.
Hendro lupa bahwa rakyat yang turun menuntut kejujuran dan keadilan adalah orang-orang yang lebih cerdas dari para penipu dan perampok hak rakyat. Yang lebih manusiawi dari dia, tetapi lebih keras dari kesombongannya. Mereka jauh lebih paham tentang kehidupan di dunia ini dibanding dia.
Hendro lupa bahwa tekad rakyat yang keluar untuk mempertahankan kedaulatan negara, jauh lebih keras dari kendaraan lapis baja yang dikerahkan untuk menghadang mereka. Rakyat yang datang dengan tertib ke Jakarta demi keadilan itu, adalah orang-orang yang paham tentang syariat Allah yang mewajibkan mereka melawan para perampok.
Mereka tahu dan paham ayat yang menyebutkan bahwa “innaka mayyitun, wa innahum mayyituun”. Yaitu, ayat yang berarti “engkau mati, mereka pun pasti mati juga”.
Hendro dengan angkuhnya mungkin saja menganggap mereka yang ikut dalam aksi kedaulatan rakyat adalah orang-orang yang gampang menyerahkan kehormatan dan martabat bangsa. Sebagaimana gampangnya para penguasa Indonesia ini menyerahkan kedaulatan negara kepada para konglomerat jahat yang berkomplot dengan China komunis. Tidak akan, Tuan Hendro!
Memang jauh berbeda pemahaman rakyat dan pemahaman Anda tentang kehidupan. Rakyat menginginkan kejujuran dan keadilan, sedangkan para penguasa hari ini terbiasa melakukan penipuan dan penindasan.
Rakyat sadar bahwa mereka tidak punya kekuatan apa-apa. Mereka paham bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang lemah. Lebih lemah dari air yang mengalir. Lebih lemah dari daun-daun kering yang jatuh ke bumi.
Tetapi, mereka paham dan gembira karena mereka punya tempat bersandar yang Maha Perkasa, Maha Penolong, Maha Bijaksana. Mereka mengerti tempat berlindung yang sesungguhnya. Alhamdulillah!
Mereka bersandar kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak seperti kalian yang bergantung pada anjing pelacak.[tsc]