GELORA.CO - Rachmawati menyalahkan semua kekacauan yang terjadi saat ini kepada kakaknya sendiri, Megawati Soekarnoputri. Menurut dia, krisis mutidimensi yang terjadi sekarang bermuara pada pemerintahan Megawati (2001-2004).
“Kesalahan terbesar Megawati adalah ketika dia mengambil alih kekuasaan dari Gus Dur tahun 2001. Pengambilalihan kekuasaan ini menjadi preseden buruk yang merusak reformasi hingga kini,” ujar Rachmawati Soekarnoputri, Sabtu (11/5).
Pengambilalihan kekuasaan dari Presiden Abdurrahman Wahid pada bulan Juli 2001, menurut hemat Rachma, adalah babak pembuka bagi berbagai kesalahan berikutnya.
“Yang paling fatal setelah mengambil alih kekuasaan dari Gus Dur adalah izin yang diberikan Megawati pada proses politik yang melanjutkan amandemen UUD 1945,” tambah Rachma.
Sejak reformasi UUD 1945 mengalami empat kali amandemen. Pertama dilakukan pada tanggal 14-21 Oktober 1999, lalu amandemen kedua dilakukan pada tanggal 7-18 Agustus 2000.
Amandemen ketiga dan keempat dilakukan di era Megawati, yakni pada tanggal 1-9 November 2001 dan pada tanggal 1-11 Agustus 2002. Menurut Rachma, ciri liberal kapitalistik semakin kuat dalam dua amandemen terakhir.
Di era Mega juga mulai dilakukan penjualan BUMN, seperti PT Indosat. “Bahkan Mega juga yang mengawali TNI dan Polri tidak bersikap netral. Ketika Gus Dur menunjuk Jenderal Chaerudin Ismail sebagai Kapolri baru, Mega melakukan pembangkangan dengan menunjuk Jenderal S. Bimantoro,” cerita Rachma.
“Justru insubordinasi Mega itu yang dapat disebut makar terlebih karena melibatkan kekuatan bersenjata,” demikian Rachma.
Kritik keras kerap disampaikan Rachma kepada kakaknya. Hubungan keduanya sejak lama diketahui kurang baik. Dalam beberapa kali debat capres-cawapres yang lalu, Mega dan Rachma bertemu di lokasi debat. Namun keduanya tidak pernah sekalipun saling sapa. [jnn]