Pola Real Count KPU Manipulatif Menyelaraskan Quick Count, Prabowo (Berpeluang) Menang

Pola Real Count KPU Manipulatif Menyelaraskan Quick Count, Prabowo (Berpeluang) Menang

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh: Anthony Budiawan*

Data perhitungan suara yang sudah diinput oleh KPU hingga 27 April 2019 sekitar pukul 00:15 mencapai 60.632.030 suara, atau sekitar 31,78 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang berjumlah sekitar 190.770.329. (Kalau berdasarkan TPS, progress perhitungan suara KPU sudah mencapai sekitar 40 persen) sementara ini, hasil Real Count KPU ini memberi kemenangan kepada Jokowi (01) dengan perolehan suara 56,31 persen, Artinya, KPU hanya “memberi” suara kepada Prabowo (02) 43,69 persen saja. Perhitungan Real Count KPU ini mempunyai tujuan untuk memberi gambaran kepada masyarakat bahwa Jokowi akan memenangi Pilpres sesuai dengan, atau bahkan lebih dari, hasil Quick Count yang digembar-gemborkan sangat akurat.

Padahal, di sisi lain, masyarakan tidak percaya dengan Quick Count 17 April tersebut karena diduga manipulatif. Apalagi sempat terjadi “kesalahan” tayang di beberapa stasiun TV yang awalnya memenangi Prabowo tetapi kemudian diralat dengan “kesalahan teknis” yang akhirnya membuat Jokowi yang menang. Untuk itu, KPU tidak tanggung-tanggung kerjanya, alias all-out, dengan hanya memberi Prabowo 43,69 persen. Lihat tabel 1.

Tabel 1: Real Count KPU, 27 April Jam 00:15

Untuk menunjang pendapat bahwa Quick Count adalah benar, maka perhitungan Real Count KPU harus disesuaikan dengan pola input data yang membuat 01 mendapat suara sekitar 55 persen dan 02 hanya 45 persen. Sistematis pola input data untuk mencapai tujuan ini sangat mudah. Oleh karena itu, sejak awal real count KPU, perolehan suara 01 bertengger di sekitar 54 sampai 56 persen.

Caranya, pola input data dapat dilakukan secara “manipulatif” untuk mendongkrak perolehan suara 01 dengan mempercepat input data TPS yang dimenangi 01, dan memperlambat input data TPS yang menjadi kantong suara 02.

Berdasarkan sistematis input data seperti ini, hasil perhitungan sejauh ini membuat Jokowi menang di 21 propinsi dan Prabowo hanya menang di 13 propinsi. Tentu saja banyak pihak meragukan Jokowi dapat menang di 21 propinsi, dan masyarakat percaya bahwa hasil ini tidak mencerminkan fakta di lapangan, di mana rakyat di kebanyakan daerah merasa memilih Prabowo, dan menang. Bahkan ada yang mengatakan Jokowi tidak akan menang lebih dari 12 Propinsi.

Sistematis input data yang manipulatif ini tampak di beberapa propinsi dengan jumlah penduduk besar seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,.dan Sumatera Utara. Jumlah suara yang sudah diinput untuk kantong suara 01 di Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Sumatera Utara jauh lebih besar dari jumlah suara untuk kantong suara 02 di DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Jawa Timur.

Input suara Jawa Tengah sudah mencapai 34,39 persen dengan perolehan suara 01 sebanyak 76,95 persen, sesuai arahan Quick Count. Untuk Sumatera Utara, data masuk sudah 35,94 persen, dengan perolehan suara 01 sebesar 54,8 persen.

Untuk DKI, input data baru mencapai 28,52 persen dengan perolehan suara untuk 01 sebesar 52,92 persen, sepertinya juga sesuai arahan Quick Count. Padahal, menurut banyak pihak Prabowo akan menang di Jakarta dengan perolehan suara paling sedikit 52 persen.

Untuk kantong suara 02, input data sangat lambat. Jawa Barat baru mencapai 15,57 persen dengan perolehan suara untuk Prabowo 54,58 persen. Jawa Timur juga lambat, baru mencapai 21,10 persen dengan perolehan suara yang memenangi Jokowi sebesar 68,89 persen, dan ini disesuaikan dengan hasil Quick Count.

Dengan pola input data seperti itu maka Jokowi memperoleh suara 56,31 persen, dan seolah-olah kontestasi Pilpres sudah selesai dengan kemenangan mutlak untuk Jokowi.

Mari kita berandai-andai kalau pola input data dilakukan tanpa manipulatif. Pertama, jumlah suara yang diinput untuk propinsi-propinsi di atas semua sama, yaitu kita asumsikan 50 persen. Artinya, kalau mulai sekarang untuk di pulai Jawa dan Sumatera Utara dikejar hingga 50 persen, dengan perolehan suara sesuai perkiraan sebagai berikut.

DKI Jakarta: Jowoki 48 persen – Prabowo (52 persen),
Jawa Barat: Jokowi 40 persen – Prabowo 52 persen,
Jawa Tengah: Jokowi 58 persen – Prabowo 42 persen,
DI Yogyakarta: Jokowi 70 persen – Prabowo 30 persen,
Jawa Timur Jokowi 48 persen – Prabowo 52 persen, dan
Sumatera Utara: Jokowi 48 persen – Prabowo 52 persen. Lihat tabel 2.

Tabel 2: Data KPU + Simulasi dan Normalisasi input data
Dengan pola input data seperti ini, maka Jokowi akan memeperoleh suara 48,91 persen dan Prabowo 51,09 persen. Artinya Pilpres akan dimenangi oleh Prabowo. Dan dapat dipastikan suara Prabowo masih akan meningkat, mengingat, meskipun perhitungan suara dinormalisasi seperti ini, Jokowi masih menang di 18 propinsi. Artinya, masih terjadi penggelembungan pola input suara yang menguntungkan Jokowi, yang pada saatnya suara tersebut akan terkuras mengalir ke Prabowo.

Kesimpulan

Sistem dan pola input suara real count KPU sejauh ini patut dicurigai mengandung unsur manipulatf untuk memberi gambaran bahwa Jokowi sudah menang, dengan persentase perolehan suara dibuat mendekati hasil Quick Count.

Kalau hasil Real Count dapat disesuaikan dengan hasil Quick Count, maka sebaliknya, hasil Quick Count juga dapat dimanipulasi inputnya untuk memberi gambaran yang diinginkan untuk memenangi pihak tertentu dengan mengambil sample perolehan suara lebih besar di kantong suara 01 dibandingkan dengan sample suara dari kantong suara 02, seperti yang terjadi di Real Count di atas. Masih percaya dengan Quick Count sebagai scientific yang tidak bisa dimanipulasi?

*) Managing Director Political Economy and Policy Studies/PEPS
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita