GELORA.CO - Tak banyak pemimpin seperti Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. Dia merasa aneh jika para pengkritik pemerintah ditangkap. Menurutnya, setiap punya hak untuk berpendapat.
"Saya sangat menyesalkan adanya kabar penangkapan aktivis media sosial tersebut," kata Mahathir, Jumat (10/5/2019).
Sebelumnya Firdaus Abdillah (36) ditangkap karena dituduh dengan sengaja telah menghina untuk tujuan provokasi pelanggaran perdamaian. Pada Kamis malam lalu, Firdaus mengetwit bahwa dia telah ditahan di kantor polisi dan membutuhkan pengacara. Namun, dia dibebaskan dengan jaminan.
Firdaus Abdillah adalah editor majalah online Neon Berapi. Dia setelah dituduh menjelek-jelekkan putra mahkota Johor di media sosial Twitter.
Mahathir mengatakan bahwa setiap orang bebas untuk mengkritik para pemimpin jika memang diperlukan dan bahwa kebebasan berbicara adalah hal penting dalam demokrasi.
"Kecuali hal itu sudah menjadi ancaman, kebohongan, atau penghinaan terhadap raja yang memerintah, pemimpin mana pun dapat dikritik tanpa mempengaruhi hak rakyat untuk berpendapat," kata dia seperti dikutip dari Malay Mail.
Sementara, pangeran mahkota Johor memilih menjauhkan diri dari kasus tersebut, dengan mengatakan bahwa pihak istana tidak pernah membuat laporan kepada polisi.
"Ini tidak ada hubungannya dengan kami. Dan tolong, di bulan suci ini, saya dan keluarga saya ingin menjalankan tugas kami kepada rakyat dan (mengabdikan diri) untuk berdoa," kata putra mahkota Johor dikutip Channel News Asia.
Sebelumnya diberitakan, Mahathir sempat mengeluarkan pernyataan keras terhadap putra mahkota Johor, Tunku Ismail Sultan Ibrahim, dengan menyebutnya sebagai "anak kecil bodoh".
Berbicara dalam sebuah wawancara, Mahathir meminta Tunku Ismail untuk berhenti mengomentari hal-hal di luar sepengetahuannya. Perdebatan sengit antara Mahathir dan bangsawan Johor itu diikuti dengan meningkatnya ketegangan antara pemerintahan Pakatan Harapan dan partai oposisi utama Melayu, UMNO dan Partai Islam SeMalaysia (PAS). [ry]