Oleh Asyari Usman (Wartawan senior BBC)
Saya baru selesai diskusi dengan seorang teman di Medan. Dia, katanya, sudah sangat lama mengamati sepak-terjang SBY. Termasuk bagaimana ‘jenderal pintar’ ini dikaitkan dengan kasus Bank Century.
Teman ini mengatakan bahwa SBY-lah yang sangat pantas diduga menjadi ‘mastermind’ (dalang alias pengendali) pilpres 2019 berserta gonjang-ganjingnya sekarang ini. “Semua ini SBY yang mengendalikannya, Bang,” ujar teman tsb.
Dia katakan bahwa Mega, Luhut dan Hendro, tidak ada apa-apanya dalam dugaan keras pencurangan pilpres 2019 ini. Teman ini berpendapat, SBY pura-pura bergabung ke kubu Prabowo Subianto (PS). Setelah itu, diaturlah strategi untuk mengkhianati Prabowo. Dimunculkanlah berbagai alasan yang membuat SBY dan Demokrat merasa tidak sejalan dengan perjuangan Pak Prabowo.
Dengan skenario begini, SBY tidak kelihatan mengkhianati Prabowo. Tidak tampak sebagai ‘mastermind’ pilpres 2019.
Tapi, benarkah begitu? Adakah indikasi yang bisa dijadikan dasar untuk mengiyakan kesimpulan teman tadi? Mungkinkah SBY yang mengatur komplikasi yang melanda pilpres sekarang ini?
Akhir-akhir ini, kubu Pak PS sudah mulai menangkap gejala pengkhianatan SBY. Tetapi, Pak Prabowo masih mencoba meredam situasi agar tidak tampak konfrontatif. Namun, agitasi yang bertubi-tubi dari pihak SBY membuat pihak Pak PS segera mengeluarkan pernyataan bahwa siapa saja silakan kalau mau meninggalkan koalisi perjuangan rakyat.
Sebelum ini, banyak keanehan yang ditunjukkan oleh SBY dan kubunya. Misalnya, sikap yang tak sepenuh hati di pihak SBY ketika dulu mau bergabung ke koalisi Prabowo-Sandi. Langkah yang ragu-ragu. Banyak orang yang menafsirkan bahwa SBY masuk ke 02 karena ditolak oleh Megawati di 01.
Contoh lain adalah janji SBY untuk ikut berkampanye langsung, akhirnya tidak terlaksana karena harus ‘pindah’ markas ke Singapura. Kemudian, dia buat surat rahasia, tapi sengaja dibocorkan ke publik, yang berisi kritikan terhadap kampanye akbar 02 di GBK Senayan. SBY mengatakan kampanye itu aneh karena ada sholat tahajjud dan sholat subuh berjemaah.
Setelah itu SBY disebut-sebut menyuruh kader Demokrat agar keluar dari koalisi Prabowo. Yang terbaru adalah pembelotan Dahlan Iskan (mantan menteri SBY) yang baru saja menyatakan dukungan kepada Prabowo. Dahlan menjumpai SBY di Singapura. Terus, ada pamer foto bersama SBY dengan Hendropriyono (salah satu orang kuat Jokowi) —juga di Singapura.
Jangan lupa, ada pertemuan Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY (anak SBY) dengan Presiden Jokowi di Istana. Pertemuan ini dikatakan hanya silaturahmi. Tapi, di tengah situasi yang panas saat ini, tentulah pertemuan tsb mencederai teman koalisi.
Terus, sejumlah kader Demokrat yang terkenal sebagai ‘preman politik’ melakukan manuver yang jelas bertujuan untuk memojokkan Prabowo. Tentu manuver itu tidak dibuat tanpa restu SBY.
Itulah antara lain rangkaian kejadian aneh yang dilakukan kubu SBY. Manuver pertemuan dengan Hendro adalah salah satu yang sangat menonjol untuk disebut sebagai indikasi banwa SBY memainkan peranan penting di dalam pilpres 2019 ini.
Tetapi, mungkinkah SBY berperan sebagai ‘mastermind’ sebagaimana dipercaya oleh teman saya itu?
Samapi sekarang, memang banyak orang yang meyakini bahwa SBY masih memiliki pengaruh besar dalam ‘power house’ Indonesia. Dia disegani karena dianggap hebat bisa menjadi presiden dua periode.
SBY dikatakan sangat besar andilnya dalam menaikkan Jokowi ke kursi presiden dengan segala ‘trick’ yang merugikan Prabowo-Hatta di pilpres 2014. Banyak yang percaya bahwa pencurangan pilpres lima tahun lalu itu sangat patut diduga telah diketahui dan di-endorse oleh SBY.
Berdasarkan semua indikasi di atas, kalangan pengamat politik yakin SBY ikut dalam dugaan konspirasi untuk memaksakan kemenangan Jokowi di pilpres 2019 ini. Memang samar-samar bukti yang bisa dilihat. Tetapi, SBY tidak menyembunyikan rasa tak senang dia terhadap dukungan umat Islam ‘garis lurus’ kepada Probowo.
Kelihatannya, inilah yang menjadi dasar keyakinan teman saya bahwa SBY memainkan peran ‘mastermind’ pilpres 2019 ini.
Tetapi, kalau sangkaan itu benar, mengapa SBY sampai tak rela melihat Prabowo menjadi presiden? Jawaban untuk pertanyaan ini ada pada prediksi pilpres 2024. Seperti diketahui, SBY berambisi agar anak beliau (AHY) bisa tampil sebagai salah satu capres nantinya.
Nah, kalau AHY tetap ikut koalisi Prabowo dan dinyatakan menang, itu berarti kesempatan dia untuk maju sebagai capres pada 2024 akan terlindung oleh Sandiaga Uno yang nantinya akan tampil menjadi capres petahana. Itulah sebabnya SBY tidak ingin Prabowo menang meskipun mayoritas rakyat memilih beliau. (*)