GELORA.CO - Setelah ‘menghilang’ selama tiga hari di jagad Twitter pasca cuitannya tentang “provinsi garis keras”, prof Mahfud MD kembali muncul dengan cuitan barunya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu masih membahas polemik ‘provinsi garis keras’ yang menjadi kontroversi selama empat hari terakhir.
Mahfud menyatakan tiga hari ini dia mebuka Twitter karena sibuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang tertunda di kampus.
“Tetapi sy mengikuti kontroversi atas istilah “garis keras” (hard liner) yg sy lontarkan dgn niat mengajak rekonsiliasi,” cuit Mahfud di akun Twitter miliknya, @mohmahfudmd, Rabu (1/5).
Mahfud membeberkan istilah garis keras yang dia lontarkan beberapa waktu lalu.
“Di dlm term ilmu istilah hard liner diartikan, “sikap kokoh, tdk mau berkompromi dgn pandangan yg dianggapnya tdk sejalan dgn prinsipnya”. Itu tertulis di literatur2,” kata Mahfud.
Mahfud tak menyangka pernyataannya tentang ‘garis keras’ justru menimbulkan perpecahan. Padahal niatnya baik untuk mengajak rekonsiliasi.
“Tp bagi yg beda paham sy minta maaf. Maksud sy mengajak rekonsiliasi, bersatu, kok malah berpecah. Itu tdk bagus,” tambahnya.
Mahfud menegaskan bahwa dia tidak akan memperpanjang polemik tersebut. Ia tidak mau dituding ingin membelokkan isu kecurangan Pemilu yang ramai diperbincangkan publik.
“Daripada sy dituding “mau membelokkan isu” dari kecurangan pemilu maka sy takkan memperpanjang polemik,” katanya.
“Mari kita kawal sj ber-sama2 proses pemilu ini krn jalannya msh panjang. Semua hrs mendapat keadilan sesuai tuntutan demokrasi. Demokrasi hrs selalu diimbangi hukum (nomokrasi),” imbuh Mahfud.
Mahfud mengatakan bahwa arti garis keras di dalam literatur yakni “is an adjective describing a stance on an issue that is inflexible and not subject to compromise”.
“Arti ini tak bs dicabut krn sdh jd term dlm ilmu politik scr internasional. Tp bg yg salah memahami penggunaan istilah ini sy minta maaf,” pungkas Mahfud.[psid]