GELORA.CO - Pernyataan pemerintah melalui Menkopolhukam, Wiranto terkait rencana pembentukan tim nasional untuk mengkaji omongan para tokoh serta ancaman menutup media sosial disoroti oleh Komandan Gabungan Relawan Demokrasi Pancasila (Garda Depan), Lieus Sungkharisma.
Lieus melihat, sikap Wiranto ini seakan hendak menghidupkan masa orde baru.
“Dua puluh tahun reformasi yang menggulingkan rezim otoriter orde baru telah berlalu. Eh sekarang apa yang kita benci di masa orde baru dulu justru mau dilakukan lagi oleh rezim Jokowi,” ujar Komandan Gabungan Relawan Demokrasi Pancasila (Garda Depan), Lieus Sungkharisma, Rabu (8/5).
Atas pernyataan Menkopulhukam itu, Lieus pun mengingatkan agar Wiranto tidak mengulang kesalahan yang sama seperti yang dilakukan di akhir tumbangnya orde baru.
“Main ancam dan menakut-nakuti rakyat itu adalah cara-cara orde baru dalam meneror rakyat. Pak Wiranto jangan lakukan kesalahan itu lagi. Rakyat sekarang sudah cerdas dan dunia informasi sudah semakin terbuka. Apa yang terjadi hari ini di Indonesia, saat itu juga bisa diketahui oleh dunia,” katanya.
Lieus berharap pemerintah bisa lebih bijaksana menyikapi dinamika yang terjadi di tengah-tengah rakyat.
“Jangan main pukul rata sehingga pemerintah justru terkesan panik. Mengkritik kebijakan pemerintah yang salah bukanlah ujaran kebencian, apalagi menghasut. Mengeritik kebijakan pemerintah yang dianggap keliru adalah hak konstitusional setiap warga Negara,” jelasnya.
Selain terhadap Wiranto, Lieus juga menyesalkan pernyataan mantan kepala BIN, AM Hendropriyono yang dianggapnya rasis dan penuh kebencian.
“Saya pikir Pak Hendropriyono perlu membuka lagi buku sejarah. Pernyataannya tentang orang Arab menunjukkan betapa dangkal pemahamannya tentang sejarah bangsa ini. Jika ia tak suka pada satu dua orang, ya sebut saja namanya. Tapi tak usah-bawa-bawa etnis dan sukunya,” tambah Lieus.
Melihat dinamika yang ada, Lieus berpendapat bahwa apa yang ada hari ini menunjukkan rezim Jokowi makin panik di akhir-akhir masa kekuasaannya.
“Ambisi untuk terus berkuasa membuat rezim ini melakukan segala cara membungkam suara rakyatnya sendiri. Semua pernyataan yang mengkritisi pemerintah dianggap musuh,” katanya.
Hal itu dialami sendiri oleh Lieus yang Selasa (7/5) kemarin dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh seseorang bernama Eman Suleman asal Kuningan, Jabar.
Dilaporkan dengan tuduhan makar, ia pun mengaku tak kenal dengan pelapor. Hal ini pun makin menguatkan bahwa rezim saat ini yang main tuduh, menangkap dan memenjarakan lawan-lawan politiknya adalah nyata-nyata kemunduran demokrasi.
“Reformasi lahir untuk menumbangkan pemerintahan yang otoriter. Tapi kini justru otoritarianisme itu coba kembali dibangkitkan. Jika dibiarkan, cara-cara seperti ini sangat berbahaya bagi masa depan demokrasi di negeri kita,” tutup Lieus. [ml]