Kisah Prabowo di Gang Sempit dalam Sepucuk Surat Adisti Hasanah

Kisah Prabowo di Gang Sempit dalam Sepucuk Surat Adisti Hasanah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Adisti Hasanah, mengaku jadi saksi pembelaan yang dilakukan Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam melindungi umat Islam. Bahkan, Adisti mendengar pengorbanan Prabowo melindungi umat Islam pada 1998 silam.

Adisti menceritakan kisah tersebut dengan menulis sepucuk surat yang diunggah ke dalam akun Instagramnya @adistihasanah pada Selasa (14/5/2019). Mulanya ia bercerita saat Prabowo mengunjungi rumah kakeknya di gang sempit di bilangan Cipete sebelum kerusuhan 1998 terjadi.

Adisti mengungkap kesaksian kakeknya yang mendengar sumpah Prabowo. Prabowo tidak rela melihat umat Islam di Indonesia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di negerinya sendiri.

"Suatu malam, sebelum kerusuhan tahun 1998 pecah, seorang jenderal datang ke sebuah rumah di gang sempit di bilangan Cipete. Tak lama, Sang Jenderal pun berbincang dengan sang pemiliki rumah, Alm. Hartono Mardjong atau yang biasa saya panggil Mbah Kakung atau Mbah Ton," kata Adisti dalam sepucuk suratnya.

"Banyak hal yang mereka bicarakan. Akan tetapi, ada satu kalimat yang begitu menarik dan menyentuh yang diucapkan oleh Sang Jenderal, "Demi Allah, Pak Hartono, saya tidak rela melihat rakyat, apalagi umat Islam yang mayoritas ditindas dan dizalimi di negerinya sendiri!"," sambungnya.

Kenangan itu langsung mengingatkan Adisti pada sosok Ketua Umum Partai Gerindra yang selalu diragukan keislamannya. Padahal menurutnya, sosok mantan Danjen Kopassus tersebut telah memberikan seluruh tenaganya hanya untuk melindungi rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

"Betapa tulusnya hatimu, wahai Jenderal! Bertahun-tahun kau difitnah, keislamanmu pun diragukan bahkan oleh sebagian rakyat, padahal sejak lama kau wakafkan dirimu untuk kebaikan kami. Bahkan, tak sedikitpun terlintas dibenakmu untuk melawan rakyatmu sendiri. Kau hanya terus berusaha berbuat baik untuk kami," ujarnya.

Ia menerangkan, saat itu Prabowo kembali lagi ke kediaman Mbah Ton setelah kerusuhan 1998 terjadi. Saat itu Prabowo mengatakan bahwa dirinya telah difitnah.

Prabowo, kata Adisti, dituduh telah mengerahkan pasukannya Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang dinamai Tim Mawar untuk menculik para aktivis prodemokrasi. Saat itu ia menjadi pimpinannya. Ia pun dipecat pada 21 Agustus 1998 karena dinilai telah melanggar etika prajurit.

"Bahkan setelah kerusuhan tahun 1998 pecah, dengan raut wajah sedih, kau katakan kepada Mbah Ton, "Demi Allah, Pak Hartono saya difitnah dengan fitnah yang kejam!" Dan lagi-lagi, kau korbankan dirimu demi bangsa dan negara," ujarnya.

Dengan kesaksiannya tersebut, Adisti pun membela Prabowo yang dianggapnya kerap dicaci maki hingga saat ini. Ia mendoakan Prabowo agar mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.

"Teruslah berjuang, wahai Jenderal yang berhati mulai! Ribuan caci maki tidak akan membuatmu rendah. Jutaan hinaan tidak akan membuatmu hina. Semoga Allah selalu memuliakanmu, membimbingmu, melindungimu, dan memudahkan langkahmu, Jenderal Prabowo Subianto. Teruslah berada dalam satu barisan dengan para ulama. Semoga Allah meridhoimu," tandasnya.

Berikut surat yang dituliskan Adisti:

Suatu malam, sebelum kerusuhan tahun 1998 pecah, seorang jenderal datang ke sebuah rumah di gang sempit di bilangan Cipete. Tak lama, Sang Jenderal pun berbincang dengan sang pemiliki rumah, Alm. Hartono Mardjong atau yang biasa saya panggil Mbah Kakung atau Mbah Ton.

Banyak hal yang mereka bicarakan. Akan tetapi, ada satu kalimat yang begitu menarik dan menyentuh yang diucapkan oleh Sang Jenderal, "Demi Allah, Pak Hartono, saya tidak rela melihat rakyat, apalagi umat Islam yang mayoritas ditindas dan dizalimi di negerinya sendiri!.

Betapa tulusnya hatimu, wahai Jenderal! Bertahun-tahun kau difitnah, keislamanmu pun diragukan bahkan oleh sebagian rakyat, padahal sejak lama kau wakafkan dirimu untuk kebaikan kami. Bahkan, tak sedikitpun terlintas dibenakmu untuk melawan rakyatmu sendiri. Kau hanya terus berusaha berbuat baik untuk kami.

Bahkan setelah kerusuhan tahun 1998 pecah, dengan raut wajah sedih, kau katakan kepada Mbah Ton, "Demi Allah, Pak Hartono saya difitnah dengan fitnah yang kejam!" Dan lagi-lagi, kau korbankan dirimu demi bangsa dan negara.

Teruslah berjuang, wahai Jenderal yang berhati mulai! Ribuan caci maki tidak akan membuatmu rendah. Jutaan hinaan tidak akan membuatmu hina. Semoga Allah selalu memuliakanmu, membimbingmu, melindungimu, dan memudahkan langkahmu, Jenderal Prabowo Subianto. Teruslah berada dalam satu barisan dengan para ulama. Semoga Allah meridhoimu.

Salam hormat dan takzim saya, salah satu rakyat yang bangga berjuang di barusan perjuanganmu.

Jakarta, 14 Mei 2019 
Adisti Hasanah.

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita