GELORA.CO - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) kultural Garis Lurus, KH Luthfi Bashori tak sependapat dengan anggapan yang menyebut bahwa China bukanlah penjajah.
Hal itu sekaligus menanggapi pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj yang menyebut China tidak memiliki karakter menjajah.
Menurut Kiai Luthfi, anggapan tersebut terkesan tidak paham dengan sejarah.
"Tentu karena dia buta sejarah,” tegas Kiai Luthfi, Sabtu (11/5).
Kiai Luthfi pun memaparkan berdasarkan sejarah Kerajaan Singosari. Ia menyebut, raja Singosari Prabu Kartanegara kala itu berpesan kepada utusan China Mongol bahwa Siongosari tak sudi dijajah China.
"Sebagai warga Singosari (Malang), saya cukup paham tentang sejarah kerajaan Singosari terkait perseteruannya dengan kerajaan Cina Mongol yang dipimpin oleh Kaisar Ku Bilai Khan yang mana saat itu China Mongol berusaha untuk menjajah Indonesia,” jelasnya.
Saat itu, lanjut Kiai Luthfi, Prabu Kertanegara memiliki cita-cita untuk menyatukan Nusantara layaknya Patih Gajah Mada.
Namun saat niatnya akan dilaksanakan, tiba-tiba datang utusan dari China Mongol dan meminta agar kerajaan Jawa (Singosari) menyerahkan diri pada Chung Kuo (sebutan lain untuk bangsa China Mongol).
"Tentu saja Prabu Kertanegara naik pitam karena diancam akan dijajah oleh China. Maka utusan China Mongol yang bernama Meng Qi itu pun dipotong kupingnya dan disuruh pulang menghadap kepada kaisarnya,” imbuhnya.
Dengan sikap tegasnya, keberanian Prabu Kertanegara diakui dunia. Sebab, Prabu Kertanegara termasuk raja paling berani melawan kerajaan China Mongol yang sebelumnya sudah menjajah dan menguasai hampir 3/4 dunia.
Sekadar informasi, Said Aqil Siradj beberapa waktu lalu menyebut jika China tidak memiliki karakter menjajah.
"Jadi tidak ada karakter China menjajah. Eropa memperbudak kulit hitam dari Afrika jadi budak dan Eropa menjajah kita. Inggris, Belanda itu penjajah semua," kata Said Aqil saat berbuka puasa bersama Dubes Tiongkok, Xiao Qian, di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jl. M. Kahfi 1 Cipedak, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Kamis, (9/5). [rm]