Jubir BPN: Dibanding Pemilu Ulang, Mending Hitung C1 Bareng-Bareng

Jubir BPN: Dibanding Pemilu Ulang, Mending Hitung C1 Bareng-Bareng

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai kondisi pemilihan umum (Pemilu) 2019 sejak awal menunjukkan kejanggalan yang mengerucut pada kecurangan. 

Hal itu disampaikan jurubicara BPN Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (2/4). 

"Kondisi pemilu kita sejak awal sudah menunjukkan bagaimana pemilu ini sesungguhnya curang. Petahana tampak memperalat kekuasaannya untuk memenangkan dirinya. Pejabat dari tingkat bawah hingga atas semua menjadi juru kampanye dan tim sukses petahana," ungkap Ferdinand. 

Selain itu, kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah juga dianggap lebih menguntungkan petahana tanpa ada teguran dari Bawaslu.

"Lembaga negara terlihat tidak netral dan banyak hal lain yang terlihat pemilu ini berlangsung tidak adil dan curang," tuturnya.

Menyikapi hal ini, baginya, daripada melakukan pemilu ulang lebih baik menghentikan seluruh perhitungan saat ini dan memproses perhitungan manual C1 plano secara bersamaan.

"Sebelum bicara pemilu ulang, langkah lain yang bisa dilakukan yaitu menghentikan seluruh perhitungan yang dilakukan saat ini. KPU dan Bawslu bawa seluruh C1 yang jumlahnya lebih dari 813 ribu ke Jakarta dan kita lakukan hitung manual bersama-sama," lanjutnya.

"Karena pihak 02 yakin menang meskipun 01 curang. Hentikan semua rekapitulasi di bawah dan kita lakukan hitung manual berdasarkan C1," terangnya. 

Untuk membuktikan dugaan kecurangan itu, Ferdinand mengaku telah memiliki C1 lengkap dari seluruh Indonesia yang akan dibawa ke KPU untuk dihitung manual bersama. 

"Karena yang punya C1 lengkap seluruh Indonesia hanya KPU dan Bawaslu, maka keduanya kita minta membawa seluruh C1 ke Jakarta dan kita hitung manual di Jakarta. Itu salah satu cara untuk menghentikan segala kecurangan Situng KPU yang selalu dibungkus dengan salah input atau human error," tandasnya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita