GELORA.CO - Buntut bentrokan antara massa dengan aparat pasca Gerakan Kedaulatan Rakyat mundur dari gedung Bawaslu, Rabu (22/5) dini hari tadi, menyebabkan 6 orang meninggal dunia, dan 200-an orang mengalami luka-luka.
Bahkan, ada korban yang tewas akibat tembakan peluru tajam.
Menanggapi peristiwa tersebut, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang dihubungi via telpon, Rabu (22/5) mengatakan kalau dirinya sudah mengingat kepada aparat untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menghadapi massa pengunjuk rasa, apalagi sampai menggunakan peluru tajam.
“Saya sudah ingatkan lama, jangan salah membaca massa. Jangan anggap remeh, tapi bacalah dengan hati yang bersih, jangan pernah berniat memakai kekerasan,” ucapnya.
Penggunaan peluru tajam, lanjut inisiator Gerakan Arah Baru Indonesa (GABRI) itu, harus segera di-investigasi dan dibuka ke seluruh dunia.
Jika tidak menurutnya, Indonesia bisa kena delik kejahatan Hak Asasi Manusia (HAM) seperti 1998 dan setelahnya yakni Trisakti dan Semanggi.
“Aparat harus fokus selamatkan nyawa, sekali lagi nyawa. Jadi saya mohoh aparat menahan diri, tidak menambah radikalisme massa,” imbuh Fahri Hamzah.
Seperti diketahui, bentrok antara massa demo di Bawaslu dan polisi terjadi semalam. Polisi bertindak lantaran massa bertindak anarkistis dan tidak mau dibubarkan hingga dini hari.
Selain itu, ada massa yang membuat keributan di dekat markas Brimob di Petamburan. Pagi ini, sekelompok massa bertindak anarkistis di sekitar Tanah Abang.
Namun, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono memastikan pihaknya tidak menggunakan peluru tajam dalam menghalau massa.
“Polisi tidak ada yang pakai peluru tajam,” tegas Argo Yuwono saat dimintai konfirmasi wartawan, Rabu (22/5). [rm]