OLEH: ZENG WEI JIAN
PILPRES Amerika digelar pada hari Selasa tanggal 08 November 2016. Hari itu juga dunia internasional bereaksi. Pemenang pilpres langsung diketahui exit poll dan quick count.
Dari Presiden Xi Jinping sampai President Abdulla Yameen dari Maldives congratulated Mr. Donald Trump on his victory.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi adalah kepala negara pertama yang mengucapkan selamat kepada Mr. Donald Trump.
Paling kocak ucapan Presiden Mauritius Ameenah Gurib. Dia ngetwit di Twitter: “Donald Trump’s victory isn’t the most terrifying news today. There's something even worse.”
Presiden Tanzania dan Uganda juga mengucapkan selamat via twitter.
Sudah dua minggu pasca Pilpres Indonesia. Tak ada satu pun kepala pemerintahan yang mengucapkan selamat atas kemenangan salah satu paslon.
Presiden Xi Jinping tidak bereaksi. Sekalipun sudah didatangi Wapres Jeka.
Tampaknya semua orang mengerti apa yang sedang terjadi. Negara-negara terjauh seperti Burkina Faso, Burundi, Canary Island, dan sebagainya seolah paham. Bahkan orang-orang Timbuktu di Mali mengambil sikap “wait-n-see”.
Padahal enam pabrik polling yang katanya “kredibel” sudah memenangkan Jokowi-Maruf dengan selisih angka fantastik 10%.
Kredibel bagi Chebonk ngga berarti kredibel bagi dunia internasional. Beda dengan pabrik-pabrik polling Amerika yang langsung bisa mengetahui kemenangan Mr. Donald Trump.
Dunia punya “problem of trust” terhadap Pemilu Indonesia, pabrik-pabrik polling dan domestic political philosophers.
Dalam Buku “The Idea of Civil Society”, Adam Seligman menganalisa “trust as a fundamental issue of our present social relationships”.
Dan “Trust”, bagi para social critics macam Robert Putnam dan Francis Fukuyama, merupakan faktor esensial dalam menciptakan “a cohesive society”.
Tampaknya dunia sedang menanti rakyat Indonesia menentukan presidennya dengan cara lain.[rmol]