Anatomi Revolusi

Anatomi Revolusi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

BUKU  anatomi revolusi terkenal ditulis oleh Crane Brinton pada tahun 1952 dan direvisi tahun 1965, berjudul “revolution anatomy”. Buku tersebut hingga saat ini masih dicetak.

Buku tersebut merujuk pada empat revolusi besar classic, yaitu revolusi Inggris (1640-an), revolusi Amerika (1775), revolusi Perancis (1848), revolusi Rusia (1917).

Bercerita tentang anatomi revolusi maka adalah bercerita tentang detailnya bagian-bagian yamg menyebabkan terjadinya revolusi.

Brinton menggambarkan terjadinya suatu revolusi sama dengan fenomena alam akan terjadinya hujan lebat, mendung di langit yang telah tertutup awan gelap, kilat menyambar-nyambar. Kondisinya tidak ada pilihan lain kecuali turun hujan lebat.

Akumulasi awan menjadi gelap itulah yang disebut fenomena alam, mirip yang terjadi dalam fenomena sosial, udara terasa panas ngelekeb, kemudian turun hujan lebat yang menyapu seluruhnya, bukan sebagian sebagian wilayah. 

Dalam fenomena sosial menjelang revolusi biasanya diawali oleh kekecewaan-kekecewaan kecil kemudian membesar menjadi prustrasi massal.

Bila di Indonesia akan terjadi revolusi seperti disampaikan Permadi yang telah viral itu, maka inilah kira-kira urutan-urutan prakiraan penyebab logisnya, antara lain: 

Seperti diketahui, sebelum peristiwa 212 telah  ramai di medsos dilakukan  penghinaan-penghinaa terhadap Islam yang diduga dilakukan oleh kaum fundamentalis tertentu, yang kemudian bermuara pada aksi 212.

Islam ketika itu menjadi obyek hinaan di medsos ditambah kemudian oleh Ahok . “Iman.. Apa itu iman..iman!? Sembahyang! Nih saya kalo mati pasti dapat makan, dapat rumah di sorga!”, begitulah ucapan Ahok yang viral ketika itu.

Kata-kata itu tentu dimaksudkan diduga untuk menyerang ajaran Islam, karena dalam ajaran Islam manusia bila mati belum tentu masuk sorga karena tergantung perbuatan baik dan buruknya selama di dunia.

Serangan dan melecehkan  Islam dilakukan kemudian bertubi tubi oleh Ahok, dari mulai soal berqurban yang tidak boleh dilakukan di sekolah, menyoal jilbab di sekolah-sekolah negeri di Jakarta.

Sampai akhirnya Ahok terpeleset karena menghina surah almaidah 53. Kemudian terjadilah aksi damai 212.

Aksi 212 adalah aksi kemarahan rakyat mayoritas dengan menekan emosi, rumput tidak terinjak, sampah dibersihkannya sendiri.

Seperti lama dimaklumi Rakyat telah lama bersabar menanti saatnya tiba perubahan sesuai konstitusi, yaitu pemilihan presiden 2019.

Tapi kekecewaan menjadi bergulung gulung seperti akumulasi awan tebal ketika terjadi kecurangan yang masive, terstruktur dan brutal di Pilpres 2019 ini, dari mulai sebelum, sedang berlangsung hingga pasca pencoblosan.

Kemarahan ini ibarat awan tebal yang siap hujan lebat.. tinggal menunggu waktu. Lalu apa tanda-tandanya?. Tanda-tandanya adalah bila orang telah tidak takut ditangkap bahkan siap mati menjadi martyr (mati sebagai tumbal revolusi).

Revolusi bukanlah people power biasa seperti yang pernah terjadi di Philipina tahun 1986, atau ketika tumbangnya orde baru tahun 1998, yang hanya terjadi di ibu kota negara.

Tapi ini yg terjadi adalah hujan lebat yg merata diseluruh negeri.

Tujuan revolusi adalah bukan partial tapi adalah merekontruksi konstitusi, karena konstitusi yang ada dianggap tidak sesuai lagi dengan keinginan rakyat, misalnya rakyat menganggap konstitusi yang ada saat ini telah memperdaya mereka, yaitu hanya sebagai pemberi stempel pada kekuasaan yang tidak adil dan dzolim.

Tapi Revolusi hanya bisa terjadi bila dilakukan dengan kebersamaan dan bukannya oleh individu/kelompok yang ingin ngetop sendiri.

Bila hujan lebat akan terjadi maka mengantisipasinya adalah dengan segera mencari tempat  berteduh dan bukan malah menantangnya berdiri di tengah lapangan, karena bila itu dilakukan  bisa tersambar petir.

Tapi karena faktor kekuasaan biasanya banyak orang   lupa dan tidak waras, dan tidak mau tau tentang adanya fenomena alam dan sosial yang sedang berlangsung., dan akhirnya kemudian menyesal yang tidak berguna.

Karena dalam revolusi bisa jadi hari ini si penguasa itu menyandang bedil yang menyebabkan orang ketakutan tapiapi besoknya dia sudah menjadi orang buruan..

Waulohu A’lam bissawab. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita