GELORA.CO - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto pada Senin (6/5) kemarin, mengundang media internasional untuk berdialog seputar pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
Dialog itu digelar di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara IV, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain media asing, sejumlah tokoh juga turut hadir dalam pertemuan itu seperti Cawapres Sandiaga Uno, Djoko Santoso, Sudirman Said, Rizal Ramli hingga Amien Rais.
Dalam pemaparannya, Prabowo menitikberatkan pada banyaknya dugaan kecurangan dalam pesta demokrasi lima tahunan itu. Ia juga menyebut masa depan demokrasi Indonesia sedang dikakangi oleh pihak-pihak yang sengaja ingin merusak.
Menurut Ekonom Senior Rizal Ramli, Selasa (7/5), setidaknya ada delapan poin yang disampaikan Prabowo kepada awak media asing dalam dialog tersebut. Berikut selengkapnya:
1. Prabowo menyebutkan, kecurangan dalam Pemilu merupakan penghinaan terbesar bagi demokrasi suatu negara. Selain dianggap tidak sah oleh rakyat, pemimpin yang terpilih dari kecurangan, juga tidak akan mampu memerintah negara secara efektif. Kecurangan, menurut Prabowo, akan menimbulakn situasi negara yang tidak stabil.
"Oleh karena itu, para pemilih dan demokrasi menjadi pecundang sejati manakala kecurangan dibiarkan tanpa diselesaikan, padahal orang-orang pada bulan Mei 1998 berjuang dengan gagah berani agar demokrasi berakar di Indonesia," ujar Prabowo.
2. Menurut Prabowo, dugaan kecurangan yang dilontarkan adalah yang serius dan tidak bisa dianggap enteng, hanya berdasar kecurigaan pihak yang kalah saja.
"Itu harus berdasarkan pada fakta-fakta, dan jika fakta itu sah, maka tanggung jawab media dan orang-orang di luar kekuasaan untuk menggunakan sebagaimana mestinya. Jika tidak, itu akan menjadi ketidakadilan total bagi demokrasi kita," sebut Prabowo.
3. Eks Danjen Kopassus itu menyebutkan, dialog yang digelar merupakan sarana untuk menyajikan fakta. Bahkan, Prabowo menyebut akan menyampaikan bukti-bukti kecurangan tersebut kepada seluruh media yang hadir.
"Kami di sini untuk mengungkapkan kepada Anda bagaimana kami berhasil mengumpulkan bukti yang terdokumentasi, yang menunjukkan tanpa keraguan bahwa kecurangan dengan niat jahat memang terjadi dalam pemilu 2019," tekannya.
4. Bukti pertama, kata Prabowo, terungkap dengan instrumen sederhana berupa ponsel pintar. Ia menyebut, seluruh elemen yang ingin menegakkan demokrasi telah mendokumentasikan hasil perhitungan suara di seluruh TPS yang ada.
"Dengan menggunakan foto-foto itu, kami sejauh ini telah mengaudit hasilnya di 477.000 tempat pemungutan suara dan kami telah mengungkap 73.715 kasus data ringkasan C1 yang salah dimasukkan ke dalam apa yang disebut Situng Komisi Pemilihan Umum," kata Prabowo.
5. Lebih lanjut, Prabowo mengungkap dugaan kecurangan lain yang dilakukan oleh penyelenggara bahkan sejak sebelum hari pencoblosan. Beberapa di antaranya adalah penggunaan karton untuk kotak suara, perangkat IT yang digunakan KPU sangat tidak memadai, tidak adanya tim pantau internasional yang kredibel selama proses Pemilu, jutaan DPT invalid, adanya pengerahan aparat keamanan untuk kepentingan salah satu Paslon, hingga surat suara yang telah dicoblos untuk Paslon Jokowi-Maruf.
6. Prabowo juga menyoroti konsep pemilihan umum serentak yang dirancang oleh pemerintahan Jokowi. Padahal, pemilu serentak jauh lebih rumit daripada pemilu sebelumnya di mana pemilihan presiden dan pemilihan legislatif digelar di hari yang berbeda.
"Sekarang kita tahu jawabannya, dengan membuat pemilu menjadi rumit dan hampir tidak mungkin untuk dikelola dengan benar, akan lebih mudah untuk melakukan kecurangan," ujar Prabowo.
7. Kemudian, Prabowo juga membahas kematian lebih dari 500 unsur petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu 2019. Menurutnya, fakta tersebut sudah layak dikatakan sebagai tragedi, dan menjadi yang paling besar dalam gelaran pemilihan umum di seluruh dunia.
"Kami berharap pemerintah melakukan penyelidikan serius terhadap masalah ini dan tidak, seperti yang terjadi sampai sekarang, tetap diam," tandanya.
8. Terakhir, Prabowo kembali menegaskan bahwa pihak yang kalah dalam Pemilu kali ini adalah rakyat. Namun demikian, Prabowo mengaku pihaknya hingga kini akan terus mencari dan memilah bukti-bukti kecurangan.
"Demokrasi yang nyata adalah untuk dan oleh rakyat, bukan untuk elite," pungkas Prabowo. [rm]