GELORA.CO - Kesalahan data pada proses input di website resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah sering terjadi. Kesalahan itu membuat masyarakat tak percaya dengan KPU.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu mengatakan, ia berlatar belakang sebagai programmer yang paham IT. Dari situ, Said menduga sistem IT di KPU sengaja direkayasa untuk kepentingan tertentu.
Hal tersebut diungkapkan setelah melihat banyaknya kesalahan input data hingga lebih dari 5 persen kesalahan yang ditemukan tim IT Badan Pemenangan Nasional (BPN) 02.
"Latar belakang saya pernah jadi programmer, jadi paham IT, kalau sistem itu sudah salah sampai 5 persen dan sudah bisa diintervensi manusia, berarti sistem itu memang dirancang untuk digunakan atau direkayasa untuk kepentingan tertentu," ucap Said Didu kepada awak media di Media Center BPN 02, Jakarta Selatan, Senin (29/4).
Menurutnya, sistem IT itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama kelompok IT yang tugasnya menginput data, kedua kelompok IT program yang memproses data. Ketiga kelompok untuk output seperti yang ditampilkan di website resmi Situng KPU.
Karena banyaknya kesalahan data pada outputnya, Said mencurigai sistem tersebut sudah dirancang dan diintervensi oleh pihak tertentu.
"Saya mencurigai bahwa sistem ini sudah dirancang bisa diintervensi diinput karena tadi jumlah yang salah dan bisa masuk ke dalam sistem, berarti sistem ini sama sekali sangat tidak valid digunakan," kata Said.
Menurut Said, pada sistem input sudah dikehendaki oleh pihak tertentu sehingga hasil pada output yang tampil di website Situng KPU sesuai dengan data yang diinginkan.
"Outputnya otomatis yang dikehendaki, diolah sesuai dengan input yang dikehendaki, agar outputnya seperti itu," lanjutnya.
Dari kesalahan yang ditemukan tim IT BPN, Said memiliki tiga kesimpulan terhadap tim IT di KPU.
"Kalau sudah salah sekitar 6 persen, saya menyatakan semua ahli sistem IT menyatakan, Pertama sistem KPU adalah sistem IT yang dirancang untuk diintervensi oleh pihak yang berkepentingan untuk tujuan tertentu," katanya.
"Kedua, sistem IT seperti ini tidak bisa lagi dipercaya outputnya karena sudah error sampai 6 persen itu sudah tidak bisa lagi dipercaya. Ketiga karena error sampai 6 persen, itu sebenarnya diatur oleh orang atau bukan IT yang sebenarnya," lanjutnya.
Sehingga, Said meminta kepada masyarakat untuk menganggap hasil Situng di website resmi KPU sebagai hiburan.
"Rakyat Indonesia nonton hasil real count di hasil KPU anggap saja hiburan senja, karena ini jelas-jelas tidak mewakili sistem IT sebenarnya," pungkasnya. [rmol]