Oleh Lutfhie Pattimura
(Wartawan Senior)
Rakyat Indonesia ternyata susah sekali merealisasikan impiannya. Mereka hanya ingin memenangkan Prabowo, pemimpin baru yang membawa perubahan yang tidak menerapkan kebiasaan berbohong pada rakyatnya dan diyakini mampu membawa Indonesia kearah ekonomi adil dan makmur serta bebas dari harga-harga tinggi.
Namun apa daya, jalan kearah itu begitu terjal dan banyak hambatan. Praktek kecurangan secara masif terjadi saat pencoblosan suara baik di luar negeri dan pelbagai wilayah indonesia.
Saat penghitungan suarapun kecurangan tersebut semakin terlihat dengan sulapan tukang survey yang bikin heboh seluruh negeri bahkan di dunia.
Dalam tempo hitungan jam, mereka (lembaga survey) mengumumkan kemenangan Jokowi.
Apa? Apa?Apa?
Seribu pertanyaan langsung terlontar dari hati, perasaan,omongan sampai sumpah serapah masyarakat terutama dari emak-emak.
Kata emak-emak itu, kami tidak mau dan najis kalau si Jae jadi presiden kita lagi."Sudah cukuplah kami 4,5 tahun dibikin susah. Dari mulai harga2 naik, listrik naik, sembako, mahalnya biaya kesehatan serta anak kami sudah kerja".
Raungan tangis emak-emak yang bener2 emoh kalau Jae jadi presiden lagi yang bikin luluh hati Prabowo untuk bertindak cepat. Didukung oleh data perhitungan internal berbasis C1, Prabowo akhirnya menandingi gertakan bohong tukang survey dengan mengumumkan kemenangannya hari Rabu malam Kamis.
Langkah Prabowo cukup ampuh menggertak prilaku penjahat Quick Count yang sangat bernafsu dan menggebu-gebu menjadikan orang yang tak diingini rakyat menjadi presiden lagi.
Di sini argumentasi, logika dan kejujuran pun saling berbalas dan berpantun.Bagaimana bisa fakta di lapangan rakyat begitu mengelu ngelukan figur amanah, jujur, sportif kok kenyataan di Quick Count nggak tercermin.
Disinilah orang pintar pun menerangkan, Quick Count pada awal kemunculannya mula demi melawan rezim diktator Pilipina Ferdinan Marcos yang KPUnya curang. QC ini berhasil membuat Corazon Aquino, seorang ibu rumah tangga yang suaminya calon presiden sebenarnya tertembak jadi pemimpin baru.
Sayangnya, di Indonesia, QC ini jadi alat berbohong dan memperkaya diri. Sesuai pesanan mereka lewat sulap ilmu statistik membuat Jokowi seolah olah presiden yang diinginkan orang indonesia.Padahal yang mereka inginkan, yang mereka coblos adalah pemimpin yang mereka elu2kan di setiap kampanye.
Bersamaan dengan munculnya kesadaran yang meluas di masyarakat, bahwa QC itu nggak layak jadi patokan karena cenderung menipu maka sihir QC redup.
Peristiwa Quick Count membuat masyarakat sadar, rezim Jaenudin emang penipu dan curang dan rakyat akan melawan sekuat tenaga dan sampai titik darah penghabisan.
Sebagian rakyat juga mengundang tim pengawas internasional untuk mengawasi rezim tipu dan curang yang tidak diinginkan rakyat.
Alhamdulillah, info yang terbaru berdasarkan hitung internal kubu 0,2 yang sudah mencapai 90 persenan Prabowo memang tampil jadi pemenang.
Memang yang paling resmi kita menunggu hasil perhitungan KPU. Meskipun rakyat menyadari bisa ada sabotase terhadap server KPU, tapi masyarakat dunia mengawasi rezim ini. Kalau macam2 bohong akan dibawa ke penjara demokrasi."Pokoknya KPU Anda jangan macam-macam main curang. Penjara dan amuk rakyat taruhannya".
Pokoknya minimal mereka sadar, rakyat menginginkan Prabowo jadi Presiden mereka untuk periode 2019-2024.
Dan hari Jumat ini sudah selayaknya rakyat bersyukur Indonesia sudah dapat pemimpin baru yang amanah.
Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallah Wallahu akbar.