Polri: Hari Kampanye Terakhir, Indonesia Sudah Masuk Siaga Satu

Polri: Hari Kampanye Terakhir, Indonesia Sudah Masuk Siaga Satu

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Hari kampanye terakhir Pemilu 2019 pada hari ini, Sabtu (13/4), aparat penegak hukum menggolongkan tingkat keamanan nasional sudah masuk pada siaga satu.

Kendati demikian, Polri memberikan jaminan Pemilu serentak tahun ini berlangsung aman.

"Kalau statusnya siaga satu lah, semua dalam kondisi siap siaga. Karena besok masuk masa tenang," ujar Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo dalam diskusi "Pemilu Asyik Jangan Golput" di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (13/4).

Dedi memastikan sampai saat ini belum ada terlihat potensi gangguan yang muncul pada proses pemilu. Namun, Polri yang dibantu TNI dan aparat terkait tetap waspada mencegah segala potensi konflik yang muncul.

"Dari hasil deteksi intelijen kita, masih belum ada (ancaman). Tapi untuk kewaspadaan untuk tingkat Polsek, Polres, Polda tingkat pelaksanaan, tingkat kewaspadaan tetap siaga satu. Kita mengantisipasi segala sesuatu yang mungkin terjadi," imbuhnya.

Di sisi lain, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini menjelaskan, aparat telah membagi Indonesia pada 7 zona besar dalam upaya menciptakan rasa aman terhadap rakyat. Yaitu, Jawa 2 zona, Sumatera 2 zona, zona Kalimantan, Zona Sulawesi, dan zona Indonesia Timur meliputi Maluku, Maluku Utara dan Papua.

"Di tiap zona kita punya pasukan cadangan, agar setiap potensi konflik siap memback up, memitigasi dan mencegah potensi konflik terjadi," tambahnya.

Sementara itu, selama masa tenang pemilu berlangsung, Dedi meminta masyarakat agar tetap tenang. Selain itu para pemilih harus menyaring segala informasi yang diterima.

Hal itu agar para pemilih terhindar dari kabar hoax atau berbau fitnah. Selain itu, dengan segala jaminan keamanan yang diberikan aparat, masyarakat diharapkan tidak golput dan tidak takut mencoblos ke TPS.

"Prinsipnya kita menghimbau masyarakat supaya tidak mudah terpengaruh terhadap informasi-informasi sumbernya yang tidak kredibel. Sumbernya yang tidak bisa dikonfirmasi," pungkas Dedi. [rm]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita