INI bukan takabur, ini bukan juga sombong. Pasus (Pasukan Khusus) Emak-Emak, adalah kekuatan yang paling nyata dan ada di barisan terdepan paslon Prabowo-Sandi. Soliditas dan militansi Pasus Emak-Emak melebihi partai-partai koalisi.
Dahsyatnya, pasus ini begitu cepat tumbuh dan berkembang. Saat ini, pasus menyebar dari masyarakat strata yang paling atas di rumah-rumah mewah hingga mereka yang tinggal di gang-gang sempit.
Hebatnya, mereka tidak rigid (kaku) dalam berbaur. Tidak ada perbedaan apa pun antara yang naik mobil mewah dengan yang hanya naik angkot. Mereka juga tak memperdulikan soal struktur.
Mereka sangat terbuka, hingga selalu terlihat menyatu. Mereka sangat cair, hingga terlihat tawanya sangat lepas. Mereka juga sangat toleran, hingga tak sungkan untuk saling menjaga saat anggotanya beribadah.
Mereka tidak terkotak-kotak dalam kelas masyarakat.
Perubahan
"Sepanjang tujuannya sama, kita welcome saja," kata Yuli Arden, Ade Herliani, dan Metty dari Pasus Emak-Emak Jalak 7, Jaringan Lintas Angkatan alumni SMAN 7.
Ya, buat para Emak-Emak, perubahan sangat dibutuhkan. Perubahan menjadi lebih baik sangat mereka perlukan. Karena Prabowo-Sandi menjanjikan perubahan, maka dukungan emak-emak pada paslon 02 itu jadi keharusan.
Mengapa begitu? Jawabnya, merekalah yang paling merasakan semua kesulitan.
Meski dalam catatan segala indek, disebutkan bahwa perekonomian Indonesia ditulis baik, faktanya emak-emak tidak bisa menghindari TDL naik berlipat-lipat, harga pangan melonjak, BBM meroket, kartu BPJS mencemaskan fungsinya dan kesulitan lain menghadang.
Bagi emak-emak yang bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga, jelas terganggu karena setoran (baca: gaji) dari para suami, tidak lagi balance dengan pengeluaran. Bahasa kerennya, incom (pemasukan) lebih kecil dari expenditure (pengeluaran). Akibatnya terjadi defisit.
Lalu, bagi Emak-Emak yang bekerja salary (gaji) tidak setara dengan belanja. Bukan belanja sekunder, tapi belanja premier.
Semua akibat kenaikan harga yang melampaui batas. Belum lagi berita-berita yang termuat di medsos, makin memperlihatkan ketidaksetaraan antara penguasa dengan rakyat kebanyakan, maka hati emak-emak yang memang intinya lembut, wajar jadi berontak. Dan, jika emak-emak bergerak, siapa bisa lawan?
Jadi, jika kemudian emak-emak membuat pasukan khusus, pastilah paling solid dan paling militan. Prabowo dan Sandi sangat beruntung dengan PEE ini.
Rasulullah, benar-benar luar biasa menempatkan seorang ibu. Manusia termulia itu hingga tiga kali menyebut: "Umi, Umi, Umi, baru Abi." Menjawab pertanyaan kepada siapa kita harus berbakti. Bahkan, Rasulallah juga bersabda: "Ridha ibu adalah ridha Allah!"
Abu Hurairah RA, berkata, ”seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu’.” HR. Bukhari Nomor 5971 dan Muslim Nomor 2548.
Sekali lagi. Prabowo-Sandi pasti sangat diuntungkan. Dengan soliditas yang tinggi, maka emak-emaklah yang menjadi garda terdepan. Maka jangan heran emak-emak telah berjuang dari door to door sampai mall to mall tanpa pamrih.
Pasukan ini mampu bergerak dengan cepat, taktis, efektif, dan mandiri. Begitu dahsyatnya, PEE ini tak ubahnya pasus terlatih dan profesional.
Malah untuk mengawal TPS-TPS, pasus Emak-Emak ini siap menggelar tikar, permadani, atau apapun yang bisa mereka pakai. Mereka juga akan membawa makan dan minum sendiri.
"Kita akan pelototi semua TPS-TPS itu hingga tidak terjadi kecurangan, " kata Yuli dengan tegas.
Nah, jika Pasus Emak-Emak sudah demikian, siapa berani melawan? Ayoooo emak-emak terus bergerak! []
M. Nigara
Wartawan Senior dan mantan Wasekjen PWI
[rmol]