Neraca Dagang Jokowi Jeblok, Barang China Banjir

Neraca Dagang Jokowi Jeblok, Barang China Banjir

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Mantan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli mengkritik kebijakan perekonomian yang dijalankan pemerintahan saat ini.

Kata dia, tim ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlalu longgar terhadap China. Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia terus mengalami defisit neraca perdagangan. Bahkan angkanya kian membesar. "Dulu perdagangan kita dengan China defisit US$13 miliar. 2018, kita defisit US$18 miliar. Kebijakan ekonomi Pak Jokowi terlalu baik dengan China," kata Rizal dalam konferensi pers usai Debat Terbuka Kelima di Jakarta, Sabtu (13/4/2019) malam.

Dia mengutip data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan China, neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami defisit sebesar US$3,93 miliar dalam kurun waktu Januari-Februari 2019. Laju defisit meningkat dibanding periode yang sama pada 2018, yakni sebesar US$3,29 miliar.

Indonesia dinilai perlu memiliki mitra dagang yang baik. "Prabowo berani dengan (Presiden China) Xi Jinping. Kita akan revisi proyek listrik dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung," ucap ekonom senior ini yang ditunjuk Capres Prabowo masuk dewan pakar ekonomi yang membantu Badan Pemenangan Nasional (BPN).

Lebih lanjut, Rizal menambahkan, pertumbuhan ekonomi China sedang merosot, yakni dari semula 8% menjadi 6% hingga saat ini. Hal itu mendorong banyaknya tenaga kerja kasar asal China pergi ke luar, termasuk Indonesia.

Sementara di Indonesia sendiri banyak angkatan kerja yang menganggur. Untuk itu, Rizal mengklaim Prabowo bila terpilih sebagai Presiden RI periode 2019-2024 siap bernegosiasi dengan Negeri Tirai Bambu, termasuk soal tenaga kerja asing. "Diperlukan keberanian dalam dunia internasional," katanya.

Menurutnya, ada banyak cara untuk mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia tanpa mengorbankan martabat bangsa. Rizal menilai India dan Vietnam saat ini lebih diminati investor untuk menjadi negara tujuan penananaman modal. "Kita genjot ekonomi 8%. Ngapain ngemis-ngemis datengin asing," ujarnya. [in]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita