GELORA.CO - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Mahfud MD mengaku mengenal dekat sosok Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin. Sebagai pribadi, integritas Lukman disebutnya cukup bersih apalagi menyakut soal uang (suap maupun korupsi).
"Saya yakin Lukman itu bersih. Dia teman saya. Dia menghindar kalau urusan uang, sejak dari MPR, DPR. Gak Mau dia. Tapi biar nanti didalami oleh KPK," kata Mahfud kepada detikcom.
Selain itu, Mahfud juga menilai kinerja Lukman dalam urusan penyelenggaraan ibadah haji cukup bagus. Tapi dia tak berdaya menghadapi bobroknya birokrasi karena kemungkinan ada intervensi dari partai tempat asalnya bernaung, Partai Persatuan Pembangunan. "Orangnya sih bersih, tapi dia tidak berdaya (menghadapi birokrasi)," kata Mahfud.
Sebelumnya detik.com menanyakan penilaiannya terhadap sosok Lukman. Sebab beberapa waktu lalu tim penyidik KPK menyita sejumlah amplop berisi uang dari ruang kerja menteri agama. KPK juga telah menangkap Ketua Umum PPP Romahurmuziy terkait jual beli jabatan di lingkungan Kementerian Agama.
Praktik semacam itu, kata Mahfud, memang cukup banyak terjadi di lingkungan kementerian itu dengan melibatkan sejumlah pejabat birokrasi di bawah Menteri Agama. Ada juga yang melibatkan kerabat pejabat terkait hingga elit partai politik. Ditangkapnya Romahurmuziy adalah salah satu bukti adanya intervensi partai politik dalam penempatan, mutasi, maupun rotasi para pejabat di lingkungan kementerian tersebut.
"Saya sudah berbicara di Balitbang Kemenag menjelaskan pemetaan problem di internal birokrasi. Lukman juga sudah minta saya untuk membantu membenahinya," kata Mahfud.
Terkait protes empat rektor IAIN atau UIN yang menyatakan diri mereka tak pernah menggunakan uang agar bisa terpilih sebagai rektor, Mahfud MD mengamininya. Dia menegaskan dirinya pun tak pernah mengungkapkan bahwa dalam pemilihan rektor di UIN Makassar, Syarif Hidayatullah Jakarta, Antasari (Banjarmasin), dan UIN Madura ada unsur uang di dalamnya.
"Saya cuma mengungkapkan kejanggalan terkait saudara Andi Faisal Basri yang tak dipilih sebagai rektor UIN Makassar, pun setelah ada putusan PTUN. Juga ketika dia meraih skor tertinggi di UIN Jakarta. Secara prosedur tak ada masalah tapi terasa janggal saja," kata Mahfud.
Kalau dalam pemilihan rektor, ia melanjutkan, memang tidak ada unsur uang. Tapi ketika seseorang masuk nominasi sebagai calon rektor, dalam beberapa kasus ada pihak-pihak yang mendekati si calon. Si oknum itu menyebut suatu proyek dari Bappenas yang harus dibantu agar dimenangkan.
"Pada umumnya dalam pemilihan rector di UIN tidak ada yang menyuap, yang ada itu soal ketidakwajaran dalam pengangkatan. Jual belinya sendiri lebih banyak terjadi di birokrasi," ujar Mahfud
Dengan segala informasi dan pengetahuan yang dimilikinya, akankah dia bersedia menggantikan posisi Lukman Saifuddin untuk memimpin Kementerian Agama? Simak selengkapnya jawaban Mahfud dalam program Blak-blakan yang tayang, Senin (1/4) mulai pukul 09.00 WIB.[dtk]