Oleh: Nasrudin Joha
Sampai artikel ini diturunkan, kubu Jokowi belum tahu akan mengunggah ujaran kampanye apa. Kampanye akbar Prabowo di GBK, praktis membungkam kubu TKN Jokowi sehingga kesulitan mencari redaksi dari tebalnya kitab kamus bahasa, untuk mengunggah kata yang bisa menarik massa. Waktu pemilihan tinggal beberapa hari kedepan, untuk membuat prestasi kilat yang diharapkan mampu menangguk elektabilitas, sudah mustahil.
Secara de facto, Jokowi sudah kalah. Secara de jure, tinggal menunggu pengumuman kekalahan oleh otoritas pemilihan. Potensi curang, telah diganjal oleh hantu 'People Power', sehingga semua rencana perlu dievaluasi jika tidak ingin berakhir tragedi.
Bagi cukong, mengkhilaskan telur di keranjang Jokowi membusuk, jauh lebih selamat. Ketimbang membuat sejumlah rekayasa penetasan, yang akan menguras modal lebih banyak dan lebih merugikan.
Merapat ke kubu calon pemenang dengan tidak meninggalkan Jokowi secara formal, adalah pilihan paling selamat untuk mengamankan bisnis. Bagi pemodal, hidup mereka untuk bisnis bukan untuk Jokowi.
Memang benar, ada sejumlah ikhtiar yang dijadikan senjata pamungkas rezim Jokowi. Kriminalisasi pada aktivis kontra rezim, juga kriminalisasi terhadap gerakan Islam bahkan ajaran Islam.
Beredar video, upaya memframing semangat ganti Presiden, semangat rakyat untuk menghentikan kezaliman, akan berujung seperti krisis Suriah. ISIS, Khilafah, isu Syariah, semangat perubahan, dijadikan hantu blawu yang menakut-nakuti rakyat. Pesannya sederhana: agar rakyat takut dan mendekat kepada rezim untuk mencari keselamatan dan perlindungan.
Sebelumya, framing itu dimulai oleh Luhut dan Hendro, yang membingkai ancaman terhadap Pancasila sebagai lem perekat yang diedarkan rezim agar rakyat merapat dan mendekat. Setelah gagal merayu dengan sejumlah proyek pencitraan, kini rezim menebar teror dan ketakutan publik dengan isu ideologi khilafah, ISIS, radikalisme, terorisme, dan hantu blawu lainnya.
Sayangnya rakyat sudah eneg, ingin muntah. Eneg dengan sejumlah tipu-tipu pencitraan, dan muak dengan sejumlah proyek menakut-nakuti rakyat. Rakyat sadar, Problem bangsa ini terletak pada rezim. Rezim yg amatiran, tidak amanah, represif dan anti Islam.
Ya, sekali lagi masih ada 'peluang curang' dan indikasi kesana memang terlihat telanjang. Tetapi kaum pergerakan yang rindu perubahan, telah meletakan benteng 'people power' untuk menghalau rencana curang. Jika skenario curang dilakukan, rencana people power tinggal dijalankan.
Pepple power dimaksud bukan unjuk rasa berdarah. People power dimaksud adalah unjuk rasa damai, mengemukakan aspirasi, pendapat dan tuntutan publik, yang dilakukan seperti gelaran aksi 212.
Lantas, otoritas kekuatan -yakni militer- tinggal mengambil pilihan untuk berdiri bersama rakyat, dan meninggalkan rezim zalim yang ingin mendistorsi aspirasi rakyat.
Sekali lagi, rezim Jokowi telah kalah. Bahkan, kekalahan itu telak. Bagi siapa saja yang masih menyisakan akal sehat di kubu rezim, saya nasehati Anda : segera ambil langkah antisipasi. Karena kapal boleh karam, tapi Anda tidak boleh tenggelam. (*)