GELORA.CO - Capres Prabowo Subianto merasa optimis dan yakin menang di Pilprs 2019. Bahkan, angka kemenangan cukup tinggi, 62 persen yang diperoleh dari hasil hitung internalnya.
Anggota Litbang BPN Prabowo-Sandiaga, Harryadin Mahardika mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan hasil penghitungan suara (form C1) di 300 ribu TPS yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal itu dilakukan oleh para relawan di lapangan.
"Kita kan menggunakan C1 dikirim relawan dari TPS itu, dikompilasi pusat tabulasi kita. C1 yang kita masuk diinput, hasil input dijadikan sementara bahan awal," jelas Harryadin, Kamis (18/4).
Dia mengatakan, pusat tabulasi terus menghitungan data masuk dari C1. Dia tidak tahu pasti sudah berapa form C1 yang masuk sampai Pukul 11.00 WIB hari ini. Tapi dia meyakini, C1 yang dikumpulkan dari 320 ribu TPS lebih akurat ketimbang hasil hitung cepat lembaga survei kebanyakan.
"Ada beberapa profesor statiskik, kemudian beberapa akademisi dari yang tergabung dalam APTSI (Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia), mereka melakukan quick count hasil sudah dipublis. Mereka beberapa dari ITB, IPB, dari UI. Mereka juga ikut membantu proyeksi dari C1," tambah Politikus Gerindra tersebut.
BPN Prabowo-Sandiaga sudah punya cara sendiri untuk mengumpulkan form C1 dari total 800 ribu lebih TPS yang ada. Setiap relawan di tingkat kabupaten, kota hingga provinsi memiliki koordinator.
Seluruh relawan memfoto C1 kemudian dikirim melalui WhatApp yang telah disediakan. Sehingga dia menilai, hanya dalam kurun waktu beberapa jam, sudah terkumpul banyak C1 dari 300 ribu TPS.
"320 Tibu TPS, secara statistik sudah 40 persen, sudah dari seluruh wilayah, merata, artinya seluruh proses sudah terwakili, malah lebih akurat karena hitung cepat memang mewakili seluruh wilayah, tapi dia jumlahnya lebih kecil, ini mewakili seluruh provinsi kabupaten dan lebih banyak," terang Harryadin lagi.
Data tersebut seluruhnya dikumpulkan di pusat tabulasi. Kontrol room dari seluruh proses pengumpulan form C1 itu berada di rumah Prabowo di Kertanegara.
"Semua harus kita lakukan manual, karena menggunakan beberapa jalur otomatis seperti web, aplikasi, kita diserang hacker. Sehingga para relawan enggak bisa upload, di sistem. Sehingga kita lewat jalur tikus melalui WA, karena jalur WA kan enggak bisa diserang, tapi inputnya manual, lihat satu-satu, tapi ini ada beberapa puluh orang yang melakukan itu," tutup dia. [mdk]