Oleh : Kharisma Aditya*
Secara ilmu geopolitik, Indonesia adalah negara paling potensial pecah. Mari kita renungi data geografis Indonesia. Luas wilayah Indonesia 5.193.250 km, jumlah penduduk sekitar 267 juta jiwa, terdapat 18.306 pulau, dan 1.430 suku bangsa. Belum lagi ada enam agama resmi diakui negara dan 245 aliran kepercayaan.
Dari data ini menunjukkan Indonesia adalah negara kepulaan yang dihuni ribuan suku dengan segala macam perbedaan, potensi dan keanekaragamannya yang banyak di incar negara lain. Jangankan negara kepulauan yang pulau-pulau besarnya seperti pulau Jawa dan pula Sulawesi berjarak 750 km, negara satu daratan saja seperti Uni Soviet dan Yugoslavia bisa terpecah-pecah menjadi beberapa negara.
Menyadari potensi itu, tak heran kalau Soekarno setiap berpidato di depan rakyat selalu berteriak kencang dan sesekali menggebrak meja untuk membangunkan dan membakar semangat rakyatnya membela bangsanya. Soekarno berteriak dan menghentak untuk mengganyang musuh-musuh negara. Jika konteksnya melawan musuh-musuh negara, Soekarno tidak akan berkompromi. Soekarno pasti berteriak dan menggebrak meja jika terinjak dan teraniaya harga diri bangsanya.
Soekarno adalah presiden paling berani kepada siapapun yang melecehkan bangsa dan rakyatnya. Teriakannya paling terkenal dengan narasi perlawanan ketika mengatakan “Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!”, atau “Go to hell with your aid” yang ditujukan kepada Amerika. Lihat pula narasinya yang menggelegar penuh emosional ketika mengatakan
“Malaysia kita ganyang. Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh negara lain”.
Dalam konteks kekinian, Prabowo sadar sebagaimana Soekarno bahwa bangsa besar kaya raya ini harus diproteksi dari manusia-manusia serigala yang mengintainya. Karena itu Prabowo benar sebagaimana Soekarno menyadarkan rakyat dengan berteriak dan sesekali menggebrak meja, sebagai bahasa non verbal yang dikirim kepada siapa saja yang punya pikiran merampok uang negara atau menggadaikan bangsanya ke negara lain dengan jeratan utang.
Prabowo tidak tahan emosinya jika berbicara tentang perilaku elite yang menurutnya banyak yang merugikan negara. Prabowo tidak akan diam ketika mengetahui begitu masifnya kemiskinan melanda rakyat kecil di tengah bangsanya yang kaya raya. Prabowo marah dan menggebrak meja kepada negara lain yang ingin memperkosa kekayaan alam bangsa Indonesia, marah kepada kelompok yang hanya gemar membodohi dan membohongi rakyat setiap jelang pemilu.
Dalam beberapa literatur, Prabowo selalu mengatakan rela menjadi korban untuk membela rakyat dan bangsanga. Menurutnya, sebagai pemimpin harus berdiri paling di depan ketika ada serangan mematikan sekalipun untuk menyelamatkan bangsa dan rakyatnya.
Dalam kampanye akbarnya yang dihadiri di Yogyakarta (8/4) lalu, Prabowo menggebrak meja podium sebagai bahasa non verbalnya yang ditujukan kepada maling-maling negara, bukan kepada rakyat. Dalam dunia tanpa batas, tanpa pembeda mana kawan mana musuh negara, Indonesia butuh karakter kepemimpinan seperti Soekarno yang keras menggebrak meja kepada musuh rakyat dan bangsa, tetapi lunak dan penyayang, serta selalu siap berkorban untuk rakyat dan bangsanya, dan itu ada pada sosok sang jenderal perang Prabowo. Salam damai tanpa batas untuk NKRI. *
*) Anggota Gerakan Milenial Indonesia (GMI) Depok