GELORA.CO - Pertarungan Pilpres 2019 yang diikuti pasangan Joko Widodo-Maruf Amin melawan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno membuat para pendukung melakukan perang stigmanisasi.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio bahkan menghimpun perang stigmanisasi yang dilakukan pendukung tersebut.
“Pencitraan vs otentik, keamplopan vs keumatan, dan gincu vs polos ” terangnya di akun Twitter pribadinya, Sabtu (6/4).
Selain itu, sambungnya, ada juga yang menyebut pertarungan pasangan 01 dengan pasangan 02 sebagai perang gagasan bahwa infrastruktur yang utama melawan ide sembako murah lebih diinginkan rakyat. Termasuk gagasan antara penggunaan tenaga asing dan tenaga rakyat.
“Ada program vs ada rencana, digital vs maritim, industri vs agraris, pernah janji vs baru janji,” sambung pria yang akrab disapa Hensat itu.
Selain itu, Jokowi juga dicitrakan sebagai pemimpin yang sudah banyak meminjam utang dari luar negeri. Sementara Prabowo hadir sebagai pemimpin baru yang belum berutang dan berkomitmen memberantas utang.
“Mungkin begini ya?” kata pendiri lembaga survei KedaiKOPI yang akrab dipanggil Hensat itu. [rm]