GELORA.CO - Pesta demokrasi di Indonesia tahun ini menjadi momen penting, karena menentukan arah pembangunan serta masa depan bangsa.
Calon presiden yang memenangkan pemilu akan menjadi penentu kemana arah kebijakan Indonesia akan dibawa, termasuk dalam hal hubungan dengan China.
Direktur Asia untuk Grup Eurasia, Paul Mumford mengatakan kepada Bloomberg, jika Joko Widodo kembali terpilih, maka Indonesia akan mungkin membentuk hubungan yang lebih dekat dengan China.
Namun hal sebaliknya akan mungkin terjadi jika Prabowo Subianto yang terpilih.
"Kemenangan Prabowo akan membuat hubungan dengan Beijing memburuk, karena dua telah berulang kali mencoba untuk membangkitkan sentimen anti-Cina selama kampanyenya," jelasnya.
Namun analis politik, Mahmud Syaltout menilai, Jokowi akan menjadi presiden yang lebih keras selama masa jabatan keduanya.
“Ini akan sangat berbeda dari masa jabatan pertamanya di mana dia perlu duduk dan bernegosiasi dengan para elit," jelasnya seperti dimuat South China Morning Post.
Pasangan Prabowo-Sandi diketahui lantang mengkritisi Jokowi yang menerima pembiayaan infrastruktur dari China.
Prabowo kerap mengatakan dia akan meninjau proyek untuk mencari kesepakatan yang lebih baik. Meski begitu, Sandiaga menyatakan negara itu masih membutuhkan investasi China. [rm]