GELORA.CO - Panasnya proses penghitungan suara Pemilu masih menyisakan perang opini dan pernyataan antarkubu paslon. Bahkan pendukung salah satu paslon di Bali didiagnosis gangguan jiwa ringan.
"Banyak kecemasan, merasa sudah menang kok musuhnya bilang menang juga, kesel istrinya dimarah-marahin, istrinya konsultasi, saya bilang ajak suaminya. Korban pemilu deh saking fanatiknya sama calon yang menang," kata dr I Gusti Rai Putra Wiraguna Sp KJ saat ditemui di Rumah Berdaya, Sesetan, Denpasar, Bali, Rabu (24/4/2019).
Rai, yang juga salah satu founder Rumah Berdaya, menyebut dia menerima lima pasien usai Pemilu berlangsung. Para pasiennya itu rata-rata malah membahas soal perang status di Facebook terkait Pilpres saat konsultasi.
"Saya kan di RSUD itu dua orang, di praktik saya pribadi 3 orang. Itu yang baru belum lagi temen-temen yang gangguan, belum pulih gara-gara kampanye, berita di tv muncul lagi. Kalau yang begitu dari sebelum kampanye saya suruh puasa medsos, nanti milih-milih aja pak nggak usah ngikutin beritanya," tuturnya.
"Jadi konsultasi itu cuma nunjukkin statusnya 'ada orang balesnya gini dok, saya nggak terima saya ajak ketemu' itu kan gangguan. Yang dilawan juga belum tentu ada orangnya," imbuhnya.
Dari hasil assesmentnya para pasiennya ini sudah menunjukkan tanda-tanda sebelum pencoblosan. Hanya saja penghitungan quick count rupanya menjadi trigger kejiwaan para pasiennya mulai terganggu.
"Setelah saya tanya sebelum pencoblosan, tapi memuncaknya antara hasil nggak sesuai harapan atau sesuai ekspektasi cuma yang lainnya bereaksi sebaliknya jadi sebaliknya. Kalau dibilang bukan relawan atau timses tapi tim hore-hore Pilpres, di Bali banyak kebetulan tim 01. Di Bali bigest ya katanya 93 persen," paparnya.
"Tapi sebenarnya ini kan bukan soal menang kalah, yang ngersa menang juga terganggu kan. Ngerasa menang terganggu juga dengan respons-respons itu. Digital selesai kan, masih nunggu lagi (hasil) katanya di berita di sana curang hal-hal yang gitu. Lima itu kebetulan ya," jelas Rai. [dtk]