GELORA.CO - Kubu Gerindra tidak takut dengan tantangan lembaga survei untuk membuka data hasil penghitungan internal suara pilpres.
Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono menjelaskan hasil penghitungan internalnya bukan abal-abal. Sebab, ada data C1 dari 5 ribu tempat pemungutan suara yang dijadikan data hitung cepat.
“Memangnya kita takut? Memangnya lembaga survei punya dokumen C1? Dari mana mereka dapat?” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rabu (17/4).
Dia pun mewanti-wanti lembaga survei untuk tidak asal dalam merilis hasil hitung cepat pilpres. Jangan sampai tidak jujur dan menipu rakyat.
“Jadi mohon lembaga survei jangan jadi alat proganda untuk mem-framing atau menindaklanjuti angka-angka hasil real count yang akan dihitung oleh KPU,” jelasnya.
Menurutnya, masyarakat saat ini sudah cerdas dalam memandang hasil rilis lembaga survei. Sebab, terkadang rilis yang dikeluarkan sesuai dengan pesanan kandidat yang membayar dan sering salah.
Seperti saat Pilkada DKI Jakarta. Kala itu, sambung Arief, banyak lembaga survei memprediksi pasangan Ahok-Djarot menang. Nyatanya, pemenang sesuai hasil KPU adalah Anies-Sandi.
“Jadi ayo buka, dari mana pendanaannya yang mereka dapat,” pungkasnya.
Sejumlah hitung cepat lembaga survei menyebut pasangan Jokowi-Maruf. Rata-rata menyebut pasangan 01 meraih 54 persen sementara Prabowo-Sandi meraih 45 persen.
Sementara, Prabowo Subianto baru saja menyebut bahwa dirinya menang. Ketua umum Gerindra itu mengklaim menang dengan angka 62 persen dan sempat melakukan sujud syukur. [rmol]