Oleh: Tjahja Gunawan*
Pak SBY, Saya sebelumnya respek dengan sikap Anda yang santun dan hati-hati dalam bertutur kata. Tapi sekarang hilang rasa hormat itu setelah beredarnya surat Anda yang mempertanyakan kampanye akbar Paslon 02 sebagai sesuatu yang tidak lazim dan tidak inklusif.
Kampanye Akbar pangsangan Prabowo-Sandi akhir pekan lalu di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, dihadiri lautan massa dari berbagai latar belakang agama dan daerah di Tanah Air. Lebih dari satu juta massa ikut hadir dalam acara tersebut.
Arah surat Pa SBY ini ditujukan pada teknis pelaksanaan kampanye akbar yang didahului dengan kegiatan Sholat Tahajud dan Sholat Subuh berjamaah serta do’a memohon kepada Allah SWT agar bisa menjadikan Prabowo-Sandi sebagai pemimpin baru Indonesia.
Sebenarnya Pa SBY maunya apa sih dengan kampanye Akbar ? Mau ada musik dangdut, joget-joget gitu ? Untuk Pa SBY ketahui, massa yang datang ke GBK sudah mengalir sejak Sabtu malam. Nah, antara pukul 03.00 sampai pukul 06.00 hari Ahadnya, peserta kampanye mau diapain? Mau disuguhi musik dangdut seperti lazimnya kampanye politik? Tidak mungkin dong. Justru lebih bagus diadakan shalat tahajud, subuh berjamaah dan sholawat, do’a serta munajat kepada Allah SWT untuk keselamatan dan keberkahan negeri ini.
Kalau Pak SBY menyebut tidak lazim, justru pemberi izin yang tidak lazim memberi izin kepada panitia Kampanye Akbar Paslon 02. Izin waktu kampanye hanya diberikan dari jam 06.00 sampai pukul 10.00. Lazimnya, izin diberikan pukul 08.00 sampai jam 12.00, atau lebih panjang lagi. Butuh perencanaan matang dengan alokasi waktu yang singkat itu. Kalau kampanye dimulai pukul 06.00, tentu saja sebagian masyarakat harus berangkat dari rumah antara pukul 02.00 – pukul 04.00. Malah yang dari luar kota Jakarta, sudah berangkat sejak Sabtu pagi dan ada yang baru datang Sabtu tengah malam. Jadi, aneh kalau Pak SBY menganggap kampanye Akbar di GBK tidak lazim.
Pak SBY juga menganggap kampanye tersebut tidak inklusif. Ini yang membuat saya gagal paham. Saya menyaksikan sendiri, yang datang ke acara tersebut bukan hanya dari kalangan umat Islam tetapi juga massa non muslim. Mereka tetap bergembira dan berbaur dengan umat Islam lainnya yang melaksanakan sholat berjamaah di GBK.
Melalui tulisan ini, terpaksa saya harus memberitahu Pak SBY tentang tata cara hidup berbangsa dan bernegara di NKRI tercinta ini. Saya yakin Pak SBY sudah mengetahui bahwa menjalankan kewajiban berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing adalah pengejawantahan sila pertama Pancasila.
Apakah salah umat Islam pendukung Prabowo-Sandi sholat berjamaah, berdoa, dan bermunajat bersama meminta kepada Allah SWT agar calon presiden pilihannya menang dalam kontestasi presiden? Apakah ada dalam kampanye di GBK, pendukung Prabowo-Sandi menegasikan pendukung yang beragama nasrani, budha atau hindu? Apakah Pa SBY tidak melihat adanya foto umat nasrani yang berdo’a menurut keyakinannya di tengah muslim yg sedang sholat subuh berjamaah di GBK? Apakah muncul keributan dengan adanya kampanye akbar ini ? Justru dalam kampanye akbar ini terlihat toleransi yang otentik, bukan toleransi semu sekadar ucapan.
Kalau Pak SBY datang ke GBK, akan bisa diketahui bahwa Kampanye Akbar tersebut dihadiri semua elemen anak bangsa. Selain para pimpinan parpol Koalisi Adil Makmur, juga hadir tokoh reformasi Amien Rais, dan tokoh nasionalis Rachmawati Soekarnoputeri yang juga putri proklamator Ir Soekarno, Presiden RI pertama.
Walaupun di panggung kampanye terdapat banyak Kyai, Ustadz dan Habib, tapi di tempat yang sama juga hadir para tokoh lintas agama. Perwakilan dari Agama Kristen Protestan hadir Pendeta Benyamin Daniel Waroka, perwakilan agama Katolik Haposan Batubara, sedangkan perwakilan agama Buddha, Bpk. Erwanto. Mereka diberi kesempatan berbicara diatas panggung sekaligus menyampaikan deklarasi dan dukungan kepada Prabowo-Sandi.
Dalam pidatonya, Prabowo Subianto, mengatakan “Kalau saya mendukung khilafah, tidak demokratis dan inklusif, tidak mungkin Natalius Pigai mendukung Saya”. Mendengar pidato tersebut, bukan hanya Natalius Pigai yang senang dan terharu tetapi jutaan hadirin yang datang juga memberikan tepuk tangan dan sambutan yang bergemuruh.
Dalam acara tersebut, Pigai merasa sangat senang sebab saat memasuki GBK, Prabowo sempat memeluknya. Padahal tahun 2014, Natalius Pigai merupakan tokoh Papua yang telah memberi kontribusi atas kemenangan Jokowi-Jusuf Kalla. Kini Pigai mengaku sebagai korban kebohongan rezim Jokowi.
Penanggung jawab acara kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK, Prasetyo Hadi, dalam siaran persnya mengatakan semangat yang dibawa dalam kampanye kali ini tidak lain adalah semangat Pancasila. “Kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK, seratus persen kampanye identitas, yakni identitas Pancasila. Jadi kampanye akbar ini menunjukkan semangat Pancasila,” kata Prasetyo.
Selain dihadiri para tokoh lintas agama, lanjut Prasetyo, kampanye juga tokoh lintas etnis yang berada di panggung bersama Pak Prabowo dan Pak Sandi. “Ada Jawa, Betawi, Sunda, Minang, Batak, Kalimantan dan masih banyak lagi,” paparnya.
Usai kampanye akbar di GBK, para hadirin dengan suka rela memungut sampah agar tidak mengotori kawasan GBK. Tidak hanya usai acara, bahkan saat kampanye akbar berlangsung terlihat beberapa relawan mengambil sampah-sampah dengan kantung plastik besar. Semua elemen masyarakat hadir dan saat pulang sampah-sampah pun oleh relawan dan pendukung Prabowo-Sandi dibersihkan. Inilah kampanye bersih, kampanye sehat dengan persatuan dan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Kepada Pak SBY, saya hanya bisa berpesan agar lebih cermat lagi dalam memahami kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Sekarang masyarakat sudah semakin cerdas, bisa membedakan parpol dan elite nasional yang benar-benar berjuang untuk rakyat dan mereka yang hanya mementingkan diri sendiri dan golongannya.
Kalau Partai Demokrat masih merasa bagian dari Koalisi Adil Makmur, Pa SBY seharusnya berterima kasih kepada masyarakat terutama umat Islam yang telah datang ke GBK Jakarta dengan biaya sendiri untuk memperjuangkan Prabowo-Sandi sebagai pemimpin baru di negeri tercinta ini. Nah lain Cerita kalau Pak SBY dan Partai Demokrat sudah merasa tidak ada chemistry lagi dengan pasangan Prabowo-Sandi, sebaiknya segera umumkan ke publik.
Ada atau tidak ada Pak SBY dan Partai Demokrat di Koalisi Adil Makmur, kemenangan rakyat sudah di depan mata. Insya Allah.*
*) Wartawan Senior