Oleh: M. Nigara*
TIBA-tiba saja warna putih jadi warna favorit. Padahal sejak Aksi 411 tahun 2016, dilanjutkan dengan Aksi 212 bela Islam, warna putih diidentikan dengan intoleran, anti Pancasila, pro khilafah dan radikalisme. Meski terasa lucu, tapi terus terang, ada kebahagiaan tersendiri yang menjalari tubuh saya, alhamdulillah.
Fenomena baju putih jadi viral karena tiba-tiba, Jokowi meneriakkan: Jas itu baju Eropa dan Amerika, baju putih saja yang nanti dicoblos, begitu inti anjurannya. Jangan tanya mengapa kok tiba-tiba begitu? Penjelasannya sederhana: kotak-kotak sudah masuk kotak (catatan: kotak-kotak adalah baju yang jadi simbol petahana sejak di Pilkada dan Pilpres 2014. Dan jangan lupa, kala itu Ratna Sarumpaet juga memakai seragam yang sama. Tapi, ketika kotak-kotak masuk kotak dan warna putih begitu dahsyat dalam aksi bela islam, maka muncullah ide itu), paham kan?
Jadi, kita tidak perlu khawatir. Rakyat sudah tahu, mana putih yang asli dan mana putih yang palsu. Kita juga tidak perlu mengatakan bahwa mereka ikut-ikutan, rakyat sudah tahu itu. Kita juga tidak perlu mengingat-ingatkan bahwa mereka dulu anti warna putih karena dianggap radikal, intoleran, pro khilafah, anti Pancasila, rakyat sudah tahu itu.
Sekedar mengingatkan, tahun 2014, Prabowo-Hatta warna simbolnya putih-putih. Dan dalam salah satu debat Capres-Cawapres, Prabowo-Hatta menggunakan putih-putih, dan dia... Lihat sendiri di file ya.
Skenario Allah
Ustaz AlKhathath, Jumat (29/3) pagi di Tvone mengumpamakan apa yang disarankan oleh petahana, sama seperti pribahasa: "Menepuk air di dulang, terpercik wajah sendiri!" katanya. Ya, apa yang ditegas ustaz yang pernah ditangkap tanpa jelas kesalahannya dan dibebaskan tanpa sidang pengadilan itu, sama persis seperti ulasan saya di atas. "Kotak-kota sudah ndak laku!" katanya lagi.
Menurut hemat saya, apa yang terjadi seluruhnya karena skenario Allah. Sehebat apapun para penulis skrip yang ada di sekitar Jokowi, tidak akan pernah bisa mengalahkan skenario Allah.
Petahana bilang MRT adalah keputusan politiknya, ungkapan itu patut dapat diduga muncul dari para penulis skrip. Maksudnya jelas, bahwa dialah yang melahirkan kemajuan itu. Tapi, para penulis skrip lupa, jejak MRT tercatat secara rapi, maka muncullah bantahan. Kompas yang selama ini mati-matian menjadi media mainstream yang mendukungnya, justru menurunkan kronologi MRT. Diakui atau tidak, bantahan itu telah memukul petahana. Saya yakin, itu adalah skenario sang Khalik.
Lalu, Prabowo dan Sandi muncul di mana-mana dengan masa membludak, sementara Jokowi-Maruf sebagai petahana yang memiliki segalanya, muncul, maaf, agak lengang. Saya juga yakin ini skenario Allah. Begitu juga soal warna putih, ini juga pasti kehendak Allah. Dan, jika Allah sudah berkehendak, maka tak ada kekuatan manapun di bumi ini yang bisa menghalanginya.
Sebagai catatan penutup, gamis dan abaya identik dengan warna putih. Gamis dan abaya memang datang dari Arab. Gamis dan abaya paling tepat untuk menutup aurat. Gamis dan Abaya sudah ada di nusantara sejak abad V.
Berdasarkan buku Ilmu Politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang; Karangan H. Zainal Abidin Ahmad, Bulan Bintang, 1979 salah satu penguasa di nusantara yang pertama memeluk agama Islam adalah Raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman. (Wikipedia).
Sementara celana panjang, baju, jas masuk ke Indonesia abad ke-15, dibawa oleh bangsa Eropa. Menurut catatan, Portugis masuk ke Nusantara (Indonesia) di bawah pimpinan pelaut terkenal Alfonso de Albuquerque(1453–1515). Afanso arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia serta orang Eropa pertama yang memulai kolonisasi Eropa atas nusantara. Belanda baru tahun 1602 atau abad ke-7. Baik Portugis maupun Belanda yang bawa celana, baju, serta jas datang untuk menjajah.
Jadi, Gamis dan Abaya pasti bukan alat penjajahan, sementara celana, baju, jas dipergunakan untuk menjajah bangsa kita. Paham kan?
Sementara kalau ada orang yang bilang gamis dan abaya adalah budaya Arab, lalu celana, baju, jas budaya apa? Nah, jika mereka bilang harus berbudaya Indonesia (nusantara), maka tanya pada mereka: "Siapkah kamu hanya memakai pakaian sebelum abaya dan gamis dikenal di nusantara atau bahkan bercawat dan bertelanjang dada?".
Hehe, sekali lagi mereka ternyata telah tertipu oleh nafsu diri sendiri. Putih tak mungkin memutihkan hati yang kotak-kotak. Sebaliknya, kotak-kota tak bisa jadi putih, takbir: Allahu Akbar!
Indahnya skenario Allah.
Dan Allah Azza wa Jalla berfirman: "Katakanlah, Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Ali Imran 3:26).
*) Wartawan senior, mantan Wasekjen PWI.