Oleh Musni Umar*
Fenomena sosiologis yang kita saksikan setiap hari sejak kampanye Pemilu 2019 dimulai pada tanggal 23 September 2018, Prabowo yang semula elektabilitasnya rendah karena setelah Pemilu Presiden 2014 dinyatakan kalah oleh KPU, sangat jarang tampil dipublik.
Sementara Sandiaga Salahuddin Uno, calon Wakil Presiden RI mulai dikenal publik secara luas baru tahun 2016 setelah partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) menggadang-gadang dirinya menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.
Menjelang pencalonan Gubernur DKI tahun 2017, Prabowo memutuskan Anies Baswedan menjadi bakal calon Gubernur dan Sandiaga Salahuddin Uno menjadi bakal calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dari Partai Gerindra dan PKS.
Setelah Anies dan Sandi ditetapkan sebagai calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur DKI dan melaksanakan kampanye, berhasil menang telak pada putaran kedua pemilihan Gubernur DKI dalam melawan Basuki T. Purnama yang populer dengan panggilan Ahok yang berduet dengan Djarot Saiful Hidayat.
SBY Bersinar 2004 dan 2009
Susilo Bambang Yudhoyono yang populer dengan panggjlan SBY, pada tahun 2004 berpasangan dengan Muhammad Jusuf Kalla yang populer dengan panggilan JK menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden RI dalam pemilihan Presiden langsung yang untuk pertama kali dilaksanakan.
Pada tahun 2004, saya mulai terjun melakukan penelitian dengan wawancara langsung dengan calon pemilih. Pada saat itu saya melakukan penelitian di Solo, karena bersamaan saya melakukan penelitian dalam rangka penyusunan disertasi saya untuk program Ph.D.
Tahun 2004 dan 2006 saya melakukan penelitian ttg Demokrasi dan Islam di Solo. Saya tdk setuju Solo jadi Provinsi— Musni Umar (@musniumar) July 7, 2013
Pada saat itu, SBY-JK bintangnya sedang bersinar bagaikan meteor dilangit. Walaupun putaran kedua pemilihan Presiden SBY-JK melawan petahana Megawati Sukarno Putri yang berpasangan dengan KH. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PB NU, pasangan SBY-JK yang bintangnya sedang bersinar, mampu mengalahkan petahana Megawati-Hasyim.
Pada Pemilu Presiden 2009, bintang SBY masih bersinar sehingga berpasangan dengan siapapun akan menang. Pada saat itu saya melakukan penelitian di Kendari. Saya amat terkejut ketika wawancara dengan ibu-ibu. Mereka mengatakan kepada saya, walaupun SBY di ujung langit kami akan mencoblosnya dalam Pemilu. Pasalnya, ibu-ibu sangat terpengaruh program SBY yang memberi BLT (Bantuan Langsung Tunai).
SBY yang bintangnya masih bersinar tahun 2009, kembali mencalonkan diri dalam Pemilu Presiden, dengan berpasangan Budiono, dan menang dalam Pemilu Presiden 2009.
Ustaz Yusuf Mansur lebih baik antum diam dlm kondisi skrg. Arus besar tengah terjadi di masy. Fenomena sosiologis setiap Prabowo dan Sandi ke berbagai daerah, massa membludak seperti yg pernah dialami SBY 2004 dan 2009 dan Jokowi 2014. Kemudian keduanya terpilih jadi Presiden RI.— Musni Umar (@musniumar) February 24, 2019
Jokowi Bersinar 2012 dan 2014
Saya menulis lima buku yang berkaitan Jokowi, diantaranya sewaktu Jokowi menjadi Gubernur DKI saya menulis buku “Bang Jokowi dan Bang Ahok Bangun Jakarta Baru,” dengan kata sambutan Jokowi.
Selain itu menjelang pemilihan Presiden 2014, saya menulis buku “Jokowi Satrio Piningit Indonesia” dengan kata sambutan Prof Dr. Rokhmin Dahuri. Buku itu diluncurkan di Megawati Center, Jalan Proklamasi Jakarta Pusat. Setelah Jokowi terpilih menjadi Presiden dan JK menjadi Wakil Presiden, saya juga menulis buku yang diberi judul “Takdir Tuhan Jokowi RI 1 JK RI 2 Lagi.”
Musni Umar menyerahkan buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia kepada Maksi, peserta dialog (26/8) di Hotel Golden B pic.twitter.com/F35aZsTIf1— Musni Umar (@musniumar) August 26, 2014
Pada saat Jokowi mencalonkan diri menjadi calon Gubernur DKI berpasangan dengan Basuki T. Purnama alias Ahok, pasangan ini bersaing dengan Fauzi Bowo, Gubernur DKI dan tokoh nasional Hidayat Nur Wahid, Jokowi yang bintangnya sedang bersinar, berhasil memenangkan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Sejak saat itu, saya sudah memprediksi Jokowi yang bintangnya lagi bersinar akan terpilih menjadi Presiden RI jika mencalonkan dalam Pemilu Presiden RI tahun 2014.
Pada 2014, Jokowi dicalonkan PDIP menjadi calon Presiden RI. Para tokoh nasional seperti JK sampai mengatakan “negara ini bisa hancur jika Jokowi dipilih menjadi calon Presiden RI.”
Fadli Zon: Kata Jusuf Kalla, Hancur Negara Ini Kalau Dipimpin oleh Jokowi: http://t.co/mtGSOTweKw via @YouTube— Fadli Zon (@fadlizon) June 29, 2014
Selain itu, Amien Rais, tokoh reformasi dan juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah membeberkan segala kelemahan dan kekurangan Jokowi. Akan tetapi rakyat tidak percaya.
Prabowo-Sandi Bersinar
Prabowo-Sandi saat ini bintangnya sedang bersinar. Seperti halnya SBY dan Jokowi, tokoh yang sedang bersinar, indikatornya, pertama, kalau calon Presiden dan calon Wakil Presiden berkampanye di tiap daerah, dihadiri lautan manusia.
— Partai Gerindra (@Gerindra) March 24, 2019
Tanpa mobilisasi, mereka datang sendiri. Tak diongkosi, mereka datang sendiri. Tak diberi konsumsi, mereka modal sendiri. Tak diberi logistik, mereka produksi sendiri. Terima kasih atas dukungannya kepada Prabowo-Sandi! #PrabowoMenyapaRiau pic.twitter.com/8ygV8CUeDX— Partai Gerindra (@Gerindra) March 13, 2019
Semangat yang luar biasa menuju Indonesia Adil Makmur pada 17 April 2019 mendatang dari masyarakat di Kecamatan Brebah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. pic.twitter.com/D8vxd3m3ku— Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) March 22, 2019
Kedua, rakyat berpartisipasi secara aktif dalam mempromosikan Capres dan Cawapres. Mereka datang ke arena kampanye dengan biaya sendiri dan mencetak baliho, poster dan sebagainya dengan uang sendiri. Tahun 2014 saya mengkampanyekan Jokow-JK dengan buat buku, cetak baliho, poster dan memasangnya diberbagai tempat dengan uang sendiri.
Ketiga, apapun kata lawan politik seperti kampanye hitam pada calon yang didukung, mayoritas rakyat tidak terpengaruh.
Pemilu Presiden 2019, rakyat mendukung Prabowo-Sandi dengan mengkampanyekan keduanya di media sosial, membuat baliho dan spanduk dengan uang sendiri dan turun kampanye ke tiap rumah dan tempat keramaian serta menyumbang dana.
Setiap rumah kita adalah posko pemenangan Prabowo Sandi. Modal sendiri, cetak spanduk sendiri, ikhlas berjuang untuk menuju perubahan baru Indonesia yang adil dan makmur bersama @Prabowo @SandiunoAllahu Akbar! 👆#AdilMakmur #PrabowoSandi#2019PrabowoSandi #2019GantiPresiden pic.twitter.com/Nlyy17mWNf
— Voice Of Change 🇮🇩 (@UtuhWibowo) October 21, 2018
Semangat memenangkan Prabowo Sandi, bagaikan air bah yang mengalir deras yang tidak bisa dibendung. Hal serupa sudah pernah dialami SBY tahun 2004, dan tahun 2009 ketika menjadi calon Presiden RI.
Jokowi mengalami hal yang sama tahun 2012 saat menjadi calon Gubernur DKI, Prabowo membantu dana dan tahun 2014 saat menjadi calon Presiden RI banyak sekali yang membantu termasuk saya. Kini sinar itu telah redup dan nampak banyak sekali rakyat yang menjauh.
*) Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta