Oleh M. Nigara
(Penulis adalah Wartawan senior, Mantan Wasekjen PWI)
SEKALI lagi, sahabat saya Hersubeno Arief atau akrab saya sapa Hersu saja, singkat dan enak didengar, menggelitik hati saya. Memaksa saya ikut menorehkan sesuatu untuk memperkaya pandangan kita tentang kebenaran. Memperkuat bahwa Indonesia Adil dan Makmur sudah di depan mata.
Namun sekali ini saya hanya akan memperkuat lewat yang kecil-kecil saja. Biarkan adik saya Hersu menyoroti, menggeluti yang berat-berat itu. Memuat fakta-fakta Jokowi yang saling bertabrakan (soal keuangan, soal dana kekayaan orang Indonesia Rp 11 triliun yang terparkir di luar negeri). Sekedar mengulang dan membuat saya terkekeh. Prabowo yang dituding asal ngomong atau biasa juga disebut Asbun alias Asal Bunyi soal dana itu, ternyata sumbernya seperti dipaparkan Hersu, ya dari oramg-orang sekitar bahkan dari Jokowi sendiri. Yang belum baca tulisan Hersu, segera baca: Lawan Terberat Jokowi, Jokowi Sendiri.
Jasma
Hersu, saya hanya akan menuliskan fakta tentang ribuan (sekitar 3000) alumnus belasan SMA se Jakarta yang tergabung di Jaringan Alumni SMA (JASMA), Sabtu (2/3) pagi hongga sore, menggelar acara Pentas Seni dan Budaya, di sirkuit Sentul. Tanpa kehadiran Prabowo atau Sandi Uno yang memang tidak sempat datang karena sedang berkeliling. Selain itu, acara ini juga terpaksa berpindah-pindah tempat serta tanggal. Jangan ditanya mengapa, karena jawabannya pasti klise, pemilik tempat membatalkannya tanpa penjelasan apa pun begitu tahu bahwa Jasma adalah relawan lepas yang akan mendukung Prabowo-Sandi. Ya, kita maklumi saja deh, toh tidak lama lagi insyaa Allah Indonesia akan memiliki presiden baru, aamiin.
Hersu, anda harus tahu, dalam acara pentas seni dan budaya ini para alumnus tampil dengan seragam berbeda, spanduknya juga beragam. Paham kan?
Hebatnya, meski tidak ada elit yang hadir karena berubah-ubah tanggal dan tempat, juga karena kesibukan serupa, semangat mereka tak kendur sedikit pun. Bahkan, jika Alex Asmasubrata tidak memberikan tempat di Sentul, acara itu pasti tidak mungkin terlaksana, namun semangat mereka tetap memggelora.
Sekali lagi, selain seragam dan spanduk yang beragam, yang membedakan Jasma dengan alumni SMA lain yang pernah mendeklarasikan dukungan untuk paslon lain, adalah kesulitan. Ya, kesulitan tempat untuk acara (mungkin pemilik tempat ada ketakutan), kesulitan mencari dana, dan kesulitan peizinan.
Sementara alumni yang lain bisa mudah, tinggal datang, tempatnya juga terhormat, dingin, dan dengan jamuan makan komplit. Selain itu, keamanan juga terjamin. Yang paling menonjol, kostumnya sama semua. Spanduknya juga seragam. Artinya, ya silahkan diterjemahkan sendiri.
Terpaksa Menggadai
Hersu, apa yang dilakukan oleh ribuan anggota Jasma adalah fakta. Fakta tentang keterpanggilan. Sama seperti ketika kita masih di lapangan menjadi kuli-tinta. Begitu ada sesuatu yang layak untuk diberitakan, maka hati kita otomatus terpanggil. Kita tidak pernah berpikir tentang resiko atau apapun. Kita langsung mengerjakannya.
Begitulah teman-teman di Jasma. Tekad mereka satu, meraih Indonesia yang Adil dan Makmur. Mereka sudah letih dengan keadaan yang sekarang. Maka, setiap peserta terpanggil untuk mendanai sendiri acara itu. Jangan kaget, ada yang menyumbang Rp 100, 200, 500 ribu, Rp 1 juta bahkan ada yang menyumbang Rp 50 juta.
Wow, Rp 50 juta? Jangan salah Hersu, dia bukan orang kaya, bukan juga pengusaha besar, tapi jiwanya sudah terpanggil. Orang ini tak ragu menggadaikan sesuatu agar acara ini bisa terlaksana. Jadi, jangan kaget, ketika hati telah terpanggil untuk kebaikan, apa saja bisa dilakukan. Begitulah teman-teman Jasma. Karena hati mereka memang sudah terpanggil oleh Prabowo-Sandi, maka menggadaikan barang untuk menyumbang pun mereka lakukan.
Khusus untuk teman-teman di Jasma, ayoooo terus bergerak. Jangan pernah ragu, Allah akan selalu berada di antara para pejuang kebenaran untuk meraih keadilan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia, aamiin. (*)