GELORA.CO - Setelah 12 tahun eksis dengan logo lama, saluran televisi plat merah, TVRI, mengganti logonya dengan desain yang lebih modern pada Jumat (29/3). Menurut Direktur Utama TVRI Helmy Yahya, logo ini jadi momen bagi televisi yang sudah ada sejak 1962 itu untuk memiliki semangat baru.
“Alhamdulillah, ya, terbukti jadi menggairahkan seluruh teman-teman karyawan televisi di seluruh Indonesia. Mereka sangat bergairah, menyambut logo kita yang simpel, kemudian keren dan memang modern, dan itulah spirit-nya ke depan,” kata Helmy saat dihubungi kumparan, Sabtu (30/3).
Logo yang berwarna biru dongker dengan latar putih ini juga diharapkan dapat menjadi upaya rebranding citra TVRI secara keseluruhan. Hal itu juga terkait dengan upaya mengubah cara bekerja, bersikap, dan kultur perusahaan secara lebih baik.
“Sejauh ini sangat mengagetkan, 29 stasiun (yang dimiliki TVRI) sekarang bergerak melakukan perubahan yang sama, mereka bikin kegiatan, mereka sangat senang dan sangat bangga dengan perubahan ini,” ujar Helmy.
Logo ini memang sempat heboh di dunia maya. Helmy menyebut informasi perubahan logo ini menjadi trending topic sebanyak 3 kali selama dua hari pertama peluncurannya di media sosial.
Salah satu yang sempat heboh menjadi pembahasan warganet adalah anggapan adanya kemiripan logo TVRI dengan salah satu logo stasiun TV asal Jerman, DW. Terkait hal ini, Helmy menampik adanya kemiripan.
“Oh beda, dia (DW) kan dua bulatan warna hitam, kita kan tidak,” ujar Helmy.
“Ya, kalau ada yang ngomong-ngomong begitu ya sah-sah aja, beda banget kok dengan Deutsche Welle,” lanjutnya.
Dirut yang merupakan adik dari Dubes Selandia Baru Tantowi Yahya ini menyebut, proses pembuatan logo dipikirkan secara matang dalam waktu kurang lebih 6 bulan. Font yang dipakai pun khusus.
“Ini kan kita hasil milih dari berbagai option yah, dan yang mengerjakan ini, kan, sebuah lembaga konsultan branding terbaik Indonesia saya pikir, DM ID,” tutur Helmy.
Helmy berharap dengan adanya logo baru ini, publik sama-sama bisa merawat TVRI. Sebab, menurut dia, hal itu demi menciptakan nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman yang ada di negeri ini.
“Demi berita-berita yang antihoaks, yang netral, yang imparsial demi masa depan bangsa ini, harusnya kita peduli,” katanya. “Dengan memperkuat TV publik kita akan punya sebuah media yang betul-betul jadi pemersatu bangsa.” (*)