GELORA.CO - Survei terbaru yang dirilis Litbang Kompas Rabu (20/3) terkait elektabilitas pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden jelang Pilpres 17 April 2019, ternyata mendapat tanggapan dari banyak kalangan.
Meski banyak yang kontra, khususnya dari pendukung tim pemenangan pasangan Capres 01 (Jokowi-Ma’ruf), namun tak sedikit yang mengapresiasi survei Litbang Kompas kali ini sebagai kembalinya Kompas dalam rel yang sebenarnya.
“Survei ini menunjukkan Kompas mulai kembali sebagai media yang sesuai dengan motonya, pembawa suara hati nurani rakyat,” ujar Koordinator Rumah Aspirasi Prabowo – Sandi, Lieus Sungkharisma.
Menurut Lieus, survey yang dilaksanakan Litbang Kompas pada 22 Februari 2019 – 5 Maret 2019 itu menunjukkan jarak elektabilitas antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, semakin tipis.
Seperti diketahui, survei litbang Kompas tersebut menyebut, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf berada di angka 49,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Sedangkan 13,4 persen responden menyatakan rahasia.
Menurut peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan, Survei itu dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2000 responden yang dipilih secara acak dengan pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error +/- 2,2 persen.
“Jarak elektabilitas kedua pasangan calon semakin menyempit, hanya tinggal 11,8 persen. Hasil survei ini juga menunjukkan ada penurunan elektabilitas pasangan 01, sebaliknya elektabilitas pasangan 02 mengalami kenaikan,” tulis Bambang.
Atas hasil survey yang dipublikasikan Litbang Kompas itu, beragam reaksi kemudian muncul. TKN Jokowi-Ma’ruf bahkan mengeritik survei Litbang Kompas tersebut dan menilai hasil survei itu berbeda dengan survei yang lain.
“Saya kira survei Litbang Kompas ini banyak berbeda dengan rata-rata survei yang lain, dengan waktu yang hampir sama. Misal dengan SMRC,” ujar Wakil Ketua TKN, Abdul Kadir Karding.
Namun, berbeda dengan Karding, Lieus justru mengapresiasi hasil survei Litbang Kompas tersebut. Menurut Lieus, ada yang mulai berubah dari penampilan Kompas belakangan ini.
“Saya melihat Kompas sudah mulai cerdas dan jujur membaca fakta. Salah satunya dapat dilihat dari apa yang ditampilkan Kompas melalui survei itu,” katanya.
Lieus menambahkan, Kompas tampaknya sudah mulai paham bahwa realita yang terjadi di masyarakat betapapun tidak bisa lagi ditutup-tutupi dengan survey atau poling-polling yang dimanipulasi.
“Dalam konteks Pilpres 2019, harus diakui rakyat sudah cerdas dan tau mana yang baik untuk masa depan negeri ini,” katanya.
Lieus menambahkan, akibat survei Litbang Kompas itu, saat ini timbul kepanikan luar biasa di kalangan pendukung Paslon Capres 01.
“Setelah hasil survey itu bocor ke publik, di grup WA beredar kabar sejumlah orang yang dekat Presiden Jokowi langsung bergerak untuk mengumpulkan para pengusaha keturunan Tionghoa. Mereka secara demonstratif dikabarkan akan mendeklarasikan dukungan 10.000 pengusaha kepada Jokowi – Makruf dengan mengerahkan karyawan di perusahaannya masing-masing,” ujar Lieus.
Namun, tambah Lieus, apapun yang akan dilakukan para pengusaha itu, tak akan banyak pengaruhnya bagi rakyat.
“Rakyat sudah tau siapa Capres yang terbaik untuk masa depan negeri ini. Sebaliknya, gerakan para pengusaha itu justru semakin menunjukkan kepanikan dan ketakutan mereka jika Jokowi kalah. “Kamsia Pak Jokowi,cukup satu periode aja lah”.” tambah Lieus.[sn]