GELORA.CO - Pegiat atau aktivis HAM Natalius Pigai menanggapi kemarahan Jokowi yang merasa difitnah selama 4,5 tahun.
Ia membandingkan dengan dirinya yang pernah difitnah oleh Ketum Seknas Jokowi, M Yamin. M Yamin meninggal dunia pada Jumat (22/3/2019). Pigai pun memaafkannya.
Hal itu ia sampaikan di akun instagramnya @nataliuspigai, Jumat 23 Maret 2019. Unggahan Natalius Pigai menyertakan video pidato kemarahan Jokowi di Yogyakarta, dan sebuah gambar dirinya yang disandingkan dengan foto seekor gorila.
"Semua fitna sudah dipolisikan selama 4,5 thn, apakah kritik kepada Presiden dianggap fitnah? Barangkali orang Papua ini yg 4,5 tahun bertubi2 difitnah dengan kata2 monyet dan gorila yg justru dilakukan oleh orang2 Jokowi seperti M Yamin (ketua Seknas Jokowi) yg hari ini meninggal Dunia, saya sudah maafkan dia. Dan orang2 Jokowi namun saya tidak pernah protes dan ngomel, diam seribu bahasa, tanpa melapor polisi. Belajarlah dari Papua, Negarawan Kecil ini.", tulis Pigai.
Selain itu, Natalius juga membuat tulisan panjang terkait M Yamin ini semasa hidup.
Berikut kutipan pernyataan Natalius Pigai dari akun Facebook-nya.
Hari ini banyak aktivis Indonesia memaksa saya memaafkan M. Yamin. Saya maafkan M Yamin, Ketua Seknas Jokowi meskipun Anda orang Indonesia yg pertama kali menyatakan saya Monyet dan Gorila.
Kata-kata yang tidak pantas dikeluarkan oleh seorang berpendidikan dan orang paling dekat Joko Widodo. Apalagi anda tahu betul bahwa tidak kurang dari 4 persen kemenangan Joko Widodo pada Pilpres 2014 adalah kontribusi saya. Namun Anda tidak dewasa.
Setelah Anda merintis rasisme, diikuti oleh wakil Anda di Seknas, dia juga sudah strok, dan ada 9 orang yang rasis terhadap saya, semua sakit jantung, strok, masuk penjara, dan melarikan diri keluar negeri dll.
Semua kalian lakukan tanpa saya berbuat salah kepada kalian pribadi, hanya karena posisi saya sebagai pembela kemanusiaan dan seorang aktivis dan kritikus.
Seperti biasa, saya tidak pernah komentar balik, tidak pernah marah kembali, membalas emosi atau dengan kata-kata kasar. Saya diam seribu bahasa, apalagi melaporkan kalian di kepolisian juga belum pernah. Bergerak dalam kesunyian dan lantang dalam berjuang demi keadilan. Saya berdoa untuk kalian.
Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa saya bekerja tanpa pamrih dan sungguh-sungguh demi orang2 kecil yang miskin, teraniaya dan pencari keadilan di negeri ini.
Namun maaf, rasisme ini soal harga diri dan martabat bangsa saya Papua Melanesia, rakyat Papua tidak akan maafkan dan melupakan.
Bahkan photo dan kata-kata rasisme kalian sudah di kampanye ke seantero dunia untuk menarik simpati dunia internasional, apalagi terhadap saya, seorang mantan pimpinan lembaga hak asasi manusia.
Sebagai adiknya almarhum Yamin, Saya kecewa sama Joko Widodo, Karena saya duga Joko Widodo terlalu memporsir waktu, tenaga, pikiran dan perasaan bahkan bisa saja Tim Relawan mendapat tekanan dan terbebani karena sudah barang tentu uang banyak tapi tidak mampu dongkrak elektabilitas.
Itulah Gosip yang berkembang. Kalau memang itu benar, maafkan Joko Widodo!
Dari lubuk hati yang paling dalam dan tulus, Saya Panjatkan Doa agar Tuhan menerima di sisi kanan Allah Bapak di Surga.
(Natalius Pigai, Korban Ancaman, Teror dan Rasisme oleh Almarhum M. Yamin (Ketua Seknas Jokowi)
Hari ini banyak aktivis Indonesia memaksa saya memaafkan M. Yamin. Saya maafkan M Yamin, Ketua Seknas Jokowi meskipun Anda orang Indonesia yg pertama kali menyatakan saya Monyet dan Gorila.
Kata-kata yang tidak pantas dikeluarkan oleh seorang berpendidikan dan orang paling dekat Joko Widodo. Apalagi anda tahu betul bahwa tidak kurang dari 4 persen kemenangan Joko Widodo pada Pilpres 2014 adalah kontribusi saya. Namun Anda tidak dewasa.
Setelah Anda merintis rasisme, diikuti oleh wakil Anda di Seknas, dia juga sudah strok, dan ada 9 orang yang rasis terhadap saya, semua sakit jantung, strok, masuk penjara, dan melarikan diri keluar negeri dll.
Semua kalian lakukan tanpa saya berbuat salah kepada kalian pribadi, hanya karena posisi saya sebagai pembela kemanusiaan dan seorang aktivis dan kritikus.
Seperti biasa, saya tidak pernah komentar balik, tidak pernah marah kembali, membalas emosi atau dengan kata-kata kasar. Saya diam seribu bahasa, apalagi melaporkan kalian di kepolisian juga belum pernah. Bergerak dalam kesunyian dan lantang dalam berjuang demi keadilan. Saya berdoa untuk kalian.
Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa saya bekerja tanpa pamrih dan sungguh-sungguh demi orang2 kecil yang miskin, teraniaya dan pencari keadilan di negeri ini.
Namun maaf, rasisme ini soal harga diri dan martabat bangsa saya Papua Melanesia, rakyat Papua tidak akan maafkan dan melupakan.
Bahkan photo dan kata-kata rasisme kalian sudah di kampanye ke seantero dunia untuk menarik simpati dunia internasional, apalagi terhadap saya, seorang mantan pimpinan lembaga hak asasi manusia.
Sebagai adiknya almarhum Yamin, Saya kecewa sama Joko Widodo, Karena saya duga Joko Widodo terlalu memporsir waktu, tenaga, pikiran dan perasaan bahkan bisa saja Tim Relawan mendapat tekanan dan terbebani karena sudah barang tentu uang banyak tapi tidak mampu dongkrak elektabilitas.
Itulah Gosip yang berkembang. Kalau memang itu benar, maafkan Joko Widodo!
Dari lubuk hati yang paling dalam dan tulus, Saya Panjatkan Doa agar Tuhan menerima di sisi kanan Allah Bapak di Surga.
(Natalius Pigai, Korban Ancaman, Teror dan Rasisme oleh Almarhum M. Yamin (Ketua Seknas Jokowi)