GELORA.CO - Suasana Nyepi di Bali terasa khidmat dan khusyuk. Meski begitu, umat muslim yang tinggal di kawasan Desa Adat Tuban, Badung, Bali tetap menjalankan salat isya di masjid terdekat.
Pantauan di Masjid Agung Asasuttaqwa Jalan Waringin, Kampung Bugis, Tuban, Kamis (7/3), ada sekitar sepuluh pria yang tengah menjalankan salat isya. Minimnya cahaya lampu dan tak adanya suara suara azan sebagai pengingat waktu salat tak mengurangi kekhusyukan umat Muslim itu berdoa.
Usai salat, para umat itu langsung kembali menuju rumah masing-masing. Seorang pecalang sempat menyalami seorang jamaah.
"Masih lancar (salat lima waktu). (Ibadah saat Nyepi) Seperti biasa cuma lampu saya mati total sejak pagi," kata Haji Hanafi di lokasi.
Hanafi mengaku sudah terbiasa dengan kondisi Nyepi di kampungnya. Dia juga menghormati para umat Hindu yang merayakan Nyepi dengan turut mematikan lampu di rumahnya.
"Tertiblah, pokoknya kita harus menghormati," pesannya.
Bendesa Adat Tuban Wayan Mendra menuturkan pihaknya tak mempermasalahkan soal ibadah yang dijalankan umat lain. Apalagi masyarakat di desanya merupakan masyarakat yang heterogen.
"Kalau ada warga non-Hindu yang ibadah, karena ibadah umat Islam itu kan salat lima waktu, bahkan beberapa tahun lalu kita memberikan toleransi dalam keadaan Nyepi karena pernah bertepatan Salat Ied. Pada dasarnya ibadah itu tidak bisa kita hentikan," tuturnya.
Mendra menyebut Nyepi merupakan Hari Raya umat Hindu. Dia pun mengapresiasi umat lain yang sudah bertoleransi dengan mematikan lampu dan tidak berkeliaran di jalan.
"Jadi harus dibedakan yang Nyepi itu orang Hindu. Mereka bertoleransi dengan tidak menghidupkan lampu, dan sebagainha, salat itu adalah ibadah mereka dengan Tuhan. Jadi kalau pecalang kami tidak akan melarang kalau bisa kami tunggu karena itu ibadah hubungannya dengan Tuhan," ucap Mendra. [dtk]