GELORA.CO - Dalam survei yang dirilis Litbang Kompas, pasangan calon Jokowi-Ma'ruf Amin mengalami penurunan elektabilitas dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meningkat. Pasangan calon nomor urut 01 ini dinilai kalah dalam memberikan narasi dan militansi.
"Contoh, melalui kasus kasus yang ditangani polisi, politik identitas pasti masuk, sudah include itu, otomatis kalau pilih Prabowo sudah pasti masuk ranah politik identitas, misal 212, pembakaran tauhid yang esensinya nggak terkait Pilpres, tapi narasinya dekat ke 02 dibandong 01 narasinya. Itu bisa diamati di komen netizen. Jadi penguasaan narasi publik dan narasi itu sifatnya masif untuk itu 01 kalah," ujar Peneliti Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas saat diskusi di Kafe Kanorai, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (25/3/2019).
Pada survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 52,6% (Oktober 2018) dan 49,2% (Maret 2019). Sedangkan Prabowo-Sandiaga sebesar 32,7% (Oktober 2018) dan 37,4% (Maret 2019). Toto mengatakan, narasi yang diciptakan kubu Prabowo-Sandiaga lebih 'masuk'.
"Narasi yang diciptakan kubu 02 lebih masuk, narasi umum, mainstream yang dimunculkan, opini saya, saya bilang gagasan perjuangan kelas bawah dan ketidak adilan sebagian diambil oleh kubu Prabowo," ungkap Toto.
Sementara itu, Direktur Para Syndicate Ari Nurcahyo mengungkapkan faktor militansi Prabowo lebih tinggi daripada Jokowi. Bahkan menurutnya Prabowo sudah menerapkan door to door saat berkampanye.
"01 timses dan parpol, relawan hanya puas dengan ceremony, selebrasi dan panggung dukungan, sementara kalah dalam militansi dibanding dengan pendukung 02, 01 menang di udara, tapi kerja di politik itu ada di darat, door to door, itu kuncinya. Gimana pastikan data suara pemilih masuk ke TPS-TPS. Itu kuncinya." jelas Ari.
"Harus diakui militansi grassroot 02 lebih bagus, narasi lebih bagus. Sementata 01 hanya menang di etalase dan dukungan deklarasi," imbuhnya. [dtk]