GELORA.CO - Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Djoko Santoso mengungkapkan, ada sekitar 23 negara Uni Eropa ingin menjadi pemantau Pemilu 2019. Mereka menawarkan diri untuk memantau Pilpres dan Pileg yang akan dihelat 17 April mendatang.
"Ada 23 negara yang sudah menawarkan diri ke BPN Prabowo-Sandi. Mereka siap jika diminta menjadi pemantau pemilu," ujar Djoko, di Solo, Jumat (22/3).
Djoko menilai, pemantau pemilu dari luar negeri sangat penting untuk memastikan pemilu agar berjalan jujur dan adil. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pemilu agar potensi masalah di kemudian hari dapat teratasi. Salah satunya adalah melibatkan pemantau dari luar negeri.
"Kalau pemilu berjalan jurdil negara Indonesia pasti aman dan damai," katanya.
Djoko mengaku sudah sejak lama bersahabat dengan negara-negara Eropa. Persahabatan itu dipupuk saat MoU Helsinki di Firlandia pada Agustus 2005.
Sehingga, menurutnya, wajar jika mereka menawarkan diri menjadi pemantau pemilu. Dia mengatakan MoU Helsinki merupakan perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka dengan pemerintah Indonesia.
"Kalau diibaratkan seorang wasit sepak bola tidak netral, pasti pemainnya pada berkelahi. Demikian juga saat pemilu nanti," ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya kurang mengetahui berapa jumlah pemantau luar negeri yang dibutuhkan pada pemilu nanti. Dia menyerahkan sepenuhnya soal teknis pemantau pemilu luar negeri ke KPU. Djoko mengaku sudah mengusulkan ke KPU terkait soal tersebut. [mdk]