Oleh : Nasruddin Djoha.
Ngelawan netizen itu memang susah. Kalau gak hati-hati semua skenario yang kita bangun, bakal mereka bongkar habis.
Ceritanya Rabu (6/3) sore Presiden Jokowi kedapatan naik kereta commuter line atau biasa disebut KRL. Jokowi naik dari Stasiun Tanjung Barat, Jaksel menuju stasiun Bogor.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin kepada media menyatakan Jokowi baru saja menghadiri sebuah acara di Jakarta Selatan dan kemudian memutuskan naik KRL. Pulang ke Istana Bogor. Dijelaskan bahwa Jokowi tanpa pengawalan ketat.
Kesan yang ingin dibangun peristiwa itu terjadi secara mendadak, tanpa perencanaan. Makanya tidak ada pengawalan ketat, dan tidak ada proses sterilisasi. Biasanya suatu kawasan atau tempat acara diamankan dan dibersihkan sebelum dikunjungi atau digunakan presiden.
Itu prosedur biasa. Prosedur tetap yang harus dilakukan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di seluruh dunia. Bagaimanapun juga namanya presiden. Keamanannya harus benar-benar dijaga. Dia simbol negara.
Berita Jokowi ini langsung ramai di media-media online. Di Medsos jangan tanya seperti apa hebohnya. Para buzzer pendukung palson 01 langsung ramai-ramai menggorengnya, termasuk Ipang Wahid yang kabarnya jadi konsultan pencitraan Jokowi.
Melalui akun Instagramnya Ipang mengunggah video Jokowi berdiri di dalam gerbong KRL dengan komen dalam bahasa Sunda pasaran. @ipangwahid _Wuiiihhh… Nu iye Presiden aing!_
Beberapa netizen lain rame-rame membuat status seolah berada di gerbong yang sama, dan bertemu secara tidak sengaja dengan Jokowi. Lucunya foto yang di-upload semuanya seragam.
Akun @ari_ap mencuit: Tapi emang gokil sih Jokowi. Banyak yang bilang nggak sengaja ketemu dia di KRL lalu foto. Lha fotonya kok sama semua hihihihi
Menanggapi itu akun @RiyoWidiyanto1 mentwit : Hahaha…gokil emang, satu angle yg sama persis tapi yg ambil beberapa orang yg berbeda, gimana caranya yak ?
Berbagai kehebohan itu mengundang Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo ikut nimbrung. Melalui akun @marierteman’s Suryo mentwitt : Lantas yang merekam siapa? Mungkin Paspamres, kan dwifungsi: Pengamanan dan Vloger.
Benarkah acara itu dlakukan secara mendadak tanpa perencanaan? Seorang netizen dengan akun @faridaliee mengaku baru ngeh setelah muncul kehebohan Jokowi naik KRL.
“Kmrn mlm naik dr Gambir, kelihatan hbs ada acara, trus nanya ke petugas hbs ada acara apa, kata petugas hbs latihan ada TNI Polisi berseragam dan bersenjata lengkap habis latihan besok Presiden mau ke stasiun, pokoknya dr atas sampe bawah steril, ehh ternyata beliau mau naik KRL.”
Dari rangkaian cerita para netizen tersebut bisa disimpulkan bahwa kegiatan Jokowi naik KRL, bukan sesuatu yang mendadak dan tidak direncanakan. Paspampres sudah mengantisipasi dengan melakukan latihan pengamanan sehari sebelumnya. Sekali lagi salut dan hormat terhadap Paspampres kita.
Melepas seorang presiden, naik KRL pada jam-jam padat saat pulang kantor, tanpa persiapan pengamanan, merupakan perbuatan konyol dan menyalahi protap. Sebagaimana pengakuan Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, dia sendiri yang langsung turun mengawal Jokowi.
Di luar Maruli ada sejumlah anggota Paspampres yang mengamankan, sekaligus ikut mengambil foto dan video Jokowi. Mereka inilah yang diledek Letjen Suryo telah menjalankan fungsi Dwi-fungsi TNI: menjadi pengamanan sekaligus vloger presiden.
Maruli perlu segera menjelaskan, bahwa dia langsung mengawal Jokowi karena tak ingin kembali terjadi kontroversi. Saat debat kedua Jokowi mengaku pernah tengah malam hanya berdua sopir pergi menemui nelayan di Tambak Lorok, Semarang.
Publik bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang presiden dibiarkan tengah malam bepergian tanpa pengawalan. Senior TNI banyak menyalahkan Maruli. Sebagai Komandan Paspampres bertindak tidak correct. Membahayakan keselamatan seorang presiden.
Maruli akhirnya memberi pengakuan, bahwa dia lah yang menjadi sopir Jokowi. Kepala Staf Presiden Jenderal TNI (Purn) Moeldoko juga mengatakan bahwa sejumlah anggota Paspampres ditanam di sekitar lokasi.
Dibandingkan dengan kunjungan ke perkampungan nelayan di Tambak Lorok, tingkat kerawanan keamanan naik KRL pada jam pulang kantor jauh lebih tinggi. Sudah pasti Paspampres tidak ingin bertindak konyol melakukan tanpa persiapan.
Bedanya kali ini Jokowi rupanya sudah belajar dari debat kedua. Dia tidak mau lagi kebohongannya dibongkar oleh Maruli dan Moeldoko. Sekarang Jokowi sama sekali tidak memberi penjelasan. Dia cuma bermodal naik kereta sambil tebar senyum di depan kamera.
Jokowi membiarkan para buzzernya bekerja, termasuk Ipang Wahid. Kalau toh kemudian ketahuan berbohong, kan bukan Jokowi yang bohong.
Para buzzer lah yang harus menaggung risiko. Mereka memang dibayar untuk kerja-kerja kotor seperti itu….Ha….ha…ha….
Cukup sepadan lah bayarannya…..