GELORA.CO - Kekompakan dan kesolidan anggota koalisi Calon Pesiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres), Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dinilai menjadi kekuatan utama bagi pasangan calon nomor urut 02 itu memenangkan Pilpres 2019.
“Sampai saat ini saya melihat koalisi parpol pendukung Prabowo-Sandiaga sangat kompak. Mereka saling bahu-membahu dan bekerjasama dengan baik. Kekompakan ini saya meyakini Prabowo-Sandi akan menang pada Pilpres nanti,” kata Koordinator Gerakan Perubahan (Garpu) Muslim Arbi kepada Harian Terbit, Minggu (24/3/2019).
Menurutnya, koalisi paslon 02 wajib solid. Pertengkaran dan saling serang seperti yang lain tidak boleh terjadi,” kata Muslim. “Tidak akan mencapai kemenangan tanpa kekompakan. Karena musuh-musuh tidak akan dapat memecah belah jika koalisi kompak. Sebaliknya musuh akan lakukan steategi adu domba jika tidak kompak dan lemah serta rapuh. Karena jika ada celah sedikitpun akan menjadi jalan untuk memecah belah,” paparnya.
Diharapkan antara anggota koalisi 02 seperti: Gerindra, Demokrat, PKS, PAN dan Partai Berkarya jangan sampai terpancing isu tertentu yang disetting dan dihembuskan lawan untuk adu domba.
Misalnya tidak adanya kampanye bareng setelah koalisi 02 terbentuk maka bisa dianggap ada gesekan di dalam. Apalagi porsi jabatan setelah menang itu biasanya rawan digoreng untuk bahan isu dan pelemahan. Isu bisa saja digoreng dengan menyebut Gerinda atau Demokrat lebih dominan dibanding PKS dan PAN. Atau isu nasionalis dan Islamis juga terkadang bisa dimainkan. Namun jika telah ada platform koalisi maka dijamin tidak ada masalah.
Selain itu ada juga isu tahlilan dan pesantren yang akan digoreng. Mereka menyebarkan isu jika Prabowo menang maka tahlilan ditiadakan dan pesantren tidak dipedulikan. Pada basis tradisional NU isu itu masih rawan untuk dimasuki. Karena PAN dan PKS yang dianggap anti tahlilan.
“Itu di antara nya isu-isu sensisitif untuk pecah belah dan adu domba. Selain itu juga isu kebangkitan Orba. Karena ada Partai Berkarya. Koalisi 02 jangan sampai termakan dengan isu -isu itu," tandasnya.
Bom Waktu
Pengamat politik Rusmin Effendy juga menyebut, koalisi 02 sangat kompak. Menurutnya, lima parpol koalisi Prabowo-Sandi tetap solid. "Saat ini terlihat sekali kubu petahana semakin panik dan tidak mendapat dukungan rakyat," paparnya.
Rusmin mencontohkan ada truk yang membawa alat peraga kampanye petahana yang viral di medsos sampai pernyataan akan melawan segala fitnah yang selama ini dialami.
"Cara-cara seperti ini dengan motif mencari simpati sudah tidak dipercaya lagi oleh masyarakat, apalagi berjualan kartu. Rakyat justru ditipu dengan gaya petahana seperti itu karena tidak ada realisasi yang konkrit dari apa yang dilakukan," ujarnya.
Keluarga Soeharto
Kekompakan koalisi Prabowo-Sandi juga terlihat dari turunnya semua keluarga besar mantan Presiden Soeharto (alm). Mulai dari anak-anaknya seperti Mbak Tutut, Bambang Trihatmojo, Mbak Titiek, Tommy, Mamiek. Mantu dan cucunya juga turun. Mantu yang tampak penyanyi Mayangsari, istri Bambang.
“Kekompakan keluarga besar Soeharto tentu menjadi kekuatan luar biasa untuk kemenangan Prabowo-Sandi, dan peraihan kursi bagi Partai Berkarya. Mereka akan mampu menarik simpati dan meraih suara para pengagum Soeharto (Soehartoisme) untuk mendukung Prabowo-Sandi dan Partai Berkarya,” kata pengamat politik Zulfikar Abdullah kepada Harian Terbit, Minggu (24/3/2019).
Kubu Prabowo menjadi tempat berkumpulnya anak-anak Soeharto. Kini semua anak Soeharto, mulai dari Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut), Sigit Harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang), Siti Hediati Harijadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy) hingga Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek) telah masuk menjadi bagian dari Partai Berkarya. Partai yang didirikan oleh Tommy itu pun telah menjadi bagian dari koalisi pemenangan Prabowo.
Pada titik inilah, seperti dilansir pinterpolitik.com, keluarga Cendana masih memiliki peran yang sangat besar untuk menentukan hasil akhir Pilpres 2019. Prabowo jelas lebih diuntungkan berbekal kedekatannya dengan kelompok tersebut.
Disebutkan, Cendana adalah kekuatan utama yang tidak ingin sang jenderal kalah dari Jokowi. Dalam diri mereka mengalir darah dari Bapak Pembangunan Nasional – orang yang disebut sebagai pemimpin paling sukses di republik ini. Mereka punya citra ayah mereka (Soeharto, red) dan tentu saja modal ekonomi-politik yang sangat menentukan hasil akhir kontestasi nasional.
Marah
Analis Sosial Universitas Bung Karno (UBK), Muda Saleh juga mengkritik sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan perlawanan terhadap pihak-pihak yang dianggapnya telah melakukan fitnah, dan memojokkan dirinya selama ini. Padahal selama ini Jokowi dikenal baik dan ramah. Namun saat mengadakan kunjungan ke Yogyakarta, Jokowi ngamuk dan marah dan saat ini video kemarahannya juga sudah viral.
"Ini saya lihat video yang di Yogyakarta beliau ngamuk, marah dan katakan ‘saya akan lawan’. Yang mau dilawan siapa?” ujar Muda.
Muda mengingatkan kepada Jokowi agar memahami kondisi bangsa Indonesia yang saat ini dilanda berbagai masalah. “Jangan bicara sakit hati, jangan bicara soal kecewa, dihujat. Lihat petani garam, petani beras, petani tebu, yang nangis di berbagai daerah pada saat panen. Barang mereka gak laku, karena impor berlebihan yang dilakukan menteri Jokowi. Kalau bicara sakit hati, kecewa, direndahkan, siapa yang paling direndahkan, mereka (petani) justru yang direndahkan oleh pemerintah,” tegasnya. [ht]