GELORA.CO - Sebuah tulisan di secarik kertas yang mengatasnamakan Presiden Joko Widodo, beredar di media sosial. Dalam tulisan itu, berisi ajakan untuk memakai baju putih saat hari pemungutan suara pada 17 April 2019.
Namun, ajakan itu justru menuai kritik. Karena, dinilai berlawanan dengan asas pemilu yang rahasia.
Salah satu orang yang melontarkan ketidaksetujuannya adalah Muhammad Said Didu. Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menilai, ajakan tersebut tidak tepat.
"Bapak Presiden Jokowi yang terhormat, jika ini betul tulisan bapak ada baiknya bapak pelajari asas pemilu yaitu langsung, umum, bebas dan rahasia. Karena rahasia tidak boleh ada simbol-simbol apapun di TPS, kok ini malah bapak suruh rakyat menggunakan simbol. Mohon bapak jangan jadi pembunuh demokrasi," kata Said Didu, melalui akun Twitternya, @saididu, dikutip VIVA, Rabu, 27 Maret 2019.
Politisi Partai Demokratm Andi Arief juga mengomentari tulisan tersebut. Andi menilai, ajakan itu bisa membelah masyarakat.
"Kedua, pemilu itu menurut UU bebas dan rahasia, baju melawan kerahasiaan. Ketiga, bagi yang tak berbaju putih apakah dijamin bebas dari intimidasi," tulis Andi melalui akun Twitternya, @AndiArief_.
Andi mengatakan, ide berbaju putih justru lebih berbahaya ketimbang terorisme. Dia menyampaikan, perkara pembelahan pemilih berdasar baju, mengingatkan masyarakat pada konflik horizontal yang tajam dan cukup lama di Thailand, paska pemilu, yaitu baju kuning vs baju merah. Demikian juga di Brasil.
"Ide baju putih ingin menjadikan Indonesia seperti Thailand?" ujarnya lagi. (asp)
Bpk Presiden @jokowi yth, jika ini betul tulisan Bpk ada baiknya Bpk pelajari azas pemilu yaitu Langsung, umum, bebas dan rahasia. Krn rahasia tdk boleh ada simbol2 apapun di TPS - kok ini malah Bpk suruh rakyat menggunakan simbol. Mhn Bpk jangan jadi pembunuh demokrasi pic.twitter.com/rVKm8HYb39— Muhammad Said Didu (@saididu) March 26, 2019
Pertama, ini ajakan membelah maayarakat. Kedua, Pemilu itu menurut UU bebas dan rahasia, baju melawan kerahasiaan. Ketiga, bagi yang tak berbaju putih apakah dijamin bebas dari intimidasi. https://t.co/eBh3OxJun3— andi arief (@AndiArief__) March 26, 2019
Perkara pembelahan pemilih berdasar baju mengingatkan kita pada konflik horizontal yang tajam dan cukup lama di Thailand paska pemilu, baju kuning vs baju merah. Demikian juga di Brazil. Ide baju putih ingin menjadikan Indonesia seperti Thailand?— andi arief (@AndiArief__) March 26, 2019
[vva]