Waspada Bencana, Sumbar Ada di Atas Patahan Lempeng dan Cincin Api

Waspada Bencana, Sumbar Ada di Atas Patahan Lempeng dan Cincin Api

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Seluruh wilayah Sumatera Barat (Sumbar) berpotensi bencana. Apalagi, daerah Minangkabau berada di patahan lempeng dan cincin api. Potensi gempa, banjir dan longsor pun menghantui setiap waktu.

"Suka tidak suka, senang tidak senang, kita hidup di atas patahan lempeng dan cincin api. Sumbar berpotensi besar terhadap bencana. Ada gunung Marapi, gunung Talang, dan gunung Kerinci," kata Kepala BNPB, Letjen Doni Monardo saat menggelar Rakor Mitigasi dan Penanganan Bencana Gempa dan Tsunami di aula kantor Gubernur Sumbar, Rabu (6/2).

Tak hanya itu, lanjut Doni, Megathrust Mentawai juga kian mengancam. Bahkan, dalam beberapa waktu terakhir, Mentawai diguncang gempa hingga 115 kali dalam sehari.

Menurutnya, peristiwa alam tidak dapat ditolak. Namun, menimalisir risiko kerusakan, korban jiwa saat terjadi bencana bisa ditekan. "Sekarang yang dibutuhkan adalah kesiapan menghadapi terjadinya bencana yang datangnya tidak bisa ditebak," katanya.

Jenderal Bintang Tiga berdarah Minangkabau itu mengatakan, kehadirannya ke Sumbar bersama BMKG, pakar-pakar gempa dan tsunami untuk bekerjasama dengan Pemprov dalam mensosialisakian kesiapsiagaan terhadap bencana.

Menurutnya, ada 6 perintah presiden yang harus diterapkan setiap terjadi bencana. "Di poin ketiga, saat terjadi bencana, Gubernur langsung jadi komandan satgas dibantu Pangdam dan Kapolda. Saya sudah diskusikan dengan Panglima TNI (penanganan bencana)," katanya.

Masyarakat harus tetap waspada dan siaga terhadap ancaman Megathrust Mentawai. Namun, jangan sampai menimbulkan takut yang berlebihan.

Doni menegaskan, mitigiasi bencana paling baik adalah berdamai dengan alam. Hal ini juga sesuai dengan pepatah Minangkabau "Alam Takambang Jadi Guru". Proses belajar dengan alam untuk memperhitungkan generasi masa depan.

"Pohon antisipasi awal terjadi tsunami. Jangan tebang pohon bakau di pinggir pantai. Sanksi tegas yang membabat pohon," kata Doni dengan nada tinggi.

Kedepan, lanjut Doni, setiap pembangunan harus berdasarkan data dari pakar. Sehingga, masyarakat tidak lagi sembarangan membangun. Apalagi, di daerah rawan gempa dan tsunami. [JP]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita