GELORA.CO - Tudingan Presiden Joko Widodo bahwa ada tim sukses paslon Pilpres 2019 yang menggunakan proganda Rusia, sudah diklarifikasi Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva melalui akun Twitter resmi Kedubes Rusia @RusEmbJakarta.
Selanjutnya, Atase Pers Kedubes Rusia di Indonesia, Denis Tetiushin menjelaskan bahwa pernyataan yang dirilis akun @RusEmbJakarta menegaskan sikap Kedubes Rusia yang tak ingin istilah Propaganda Rusia ini digunakan dalam kontestasi politik di Indonesia.
"Kami tidak ingin istilah ini dipakai, karena istilah Propaganda Rusia adalah fitnah murni yang diciptakan oleh Amerika Serikat," ujar Denis seperti dikutip Tempo (04/02).
Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik mengaitkan tudingan Jokowi yang dibantah Kedubes Rusia dengan polah Ketum PPP Rommahurmuziy yang ‘mengkoreksi’ doa Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Di depan publik, Rommahurmuziy atau Romi sempat meminta Mbah Moen mengulang doa yang mendoakan Prabowo Subianto. Bahkan, belakangan Rommahurmuziy atau Romi juga membuat video klarifikasi dengan mengambil setting kamar Mbah Moen.
“Nah kalau sudah begini siapa yang mau luruskan salah ucap Presiden?” tanya Rachland melalui akun Twitter @RachlanNashidik meretweet tulisan bertajuk “Duta Besar Rusia Bantah Jokowi Soal Propaganda Rusia”.
Sukses Romi “mengkoreksi” doa Mbah Moen itulah yang disindir Rachland. “Karena kesuksesannya mengoreksi doa, seorang Ketua Partai diutus Istana untuk mengoreksi pernyataan Dubes Rusia,” sindir @RachlanNashidik.
Soal kebiasaan “ralat meralat” itu juga disindir pemikir Islam Hilmi Firdausi. “Peraturan Jilbab dimasukan bagi ASN diralat, lagu Indonesia Raya di bioskop diralat, pembebasan Ust ABB diralat...sampai-sampai doa juga diralat...warbiyasah,” tulis Ustadz Hilmi di akun @Hilmi28. [itoday]