GELORA.CO - Pidato Presiden Joko Widodo yang saat acara Konvensi Kerakyatan di SICC, Sentul, Bogor, Minggu (24/2) disayangkan oleh ekonom senior DR Rizal Ramli.
Sebab, dalam pidato itu, Jokowi kembali menyinggung kepemilikan lahan ratusan hektare rivalnya, Prabowo Subianto.
“Jadi kalau ada konsesi besar yang ingin dikembalikan ke negara, saya tunggu, saya tunggu sekarang,” ucap Jokowi di hadapan pendukungnya.
Bagi RR, sapaan Rizal Ramli, pidato itu menunjukkan kekerdilan Jokowi sebagai seorang presiden. Ini lantaran Jokowi terkesan menarget orang tertentu dalam mengambil kebijakan. Sementara, Jokowi sendiri sebenarnya dikelilingi oleh para pemilik lahan besar.
“Saya mohon maaf dari pidato seperti itu, Presiden Joko Widodo kerdil. Karena pemilik tanah yang besar ada di sekitarnya. Kalau mau lakukan itu, ambil tanah semuanya yang besar-besar bagikan pada rakyat. Jadi jangan kerdil jadi presiden,” ujarnya saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta, Senin (25/2).
Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menuturkan bahwa sebagai seorang presiden, Jokowi harus bisa mengeluarkan kebijakan yang berlaku untuk semua rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Kebijakan presiden, sambungnya, tidak bisa hanya diberlakukan untuk lawan politik.
“Harusnya presiden Man of honor. Kebijakannya berlaku untuk semua. Bukan orang per orang yang ditargetkan. Ini kan orang per orang ditargetkan. Ambil saja tanah yang kebanyakan itu pendukung Jokowi bagi sama rakyat, itu baru hebat,” tegasnya.
Jokowi, sambungnya, tidak perlu takut mengambil tanah atau lahan yang dikuasai orang-orang kaya, jika tujuannya untuk kepentingan negara. Apalagi, pemimpin di negara-negara di Amerika Latin telah memberi contoh konkret pengambilalihan lahan tersebut.
“Itu di Amerika Latin banyak yang begitu, presidennya revolusioner. Tanah orang kaya diambil semua dibagikan ke rakyat. Jadi ini menunjukan kekerdilan seorang presiden Jokowi, mohon maaf,” tandasnya. [rmol]