Ribuan Umat Islam Morotai Protes Dugaan Pemurtadan

Ribuan Umat Islam Morotai Protes Dugaan Pemurtadan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Ribuan orang yang menamakan diri Front Umat Islam Morotai Bersatu (FUIMB) tumpah ruah ke ke jalan  memprotes dugaan pemurtadan yang dilakukan Yayasan Barokah Surya Nusantara (YBSN) pada penutupan  karnaval merah putih sekaligus sosialisasi anti narkoba dan sex bebas di pantai Army Dock, Kamis 21 Februari 2019 lalu.

Aksi  damai ini dibawah tanggung jawab langsung ketua MUI Morotai, Hi Arsad Haya. Sebelum turun ke jalan,  massa berkumpul di masjid At Taqwa desa Yayasan  jam 08.00 WIT, dan  tepat jam 10.00 WIT massa  melakukan road show keliling Kota Daruba dan finish  depan kanor bupati Morotai jam 10.40 WIT dan menggelar orasi.

ketua MUI Morotai, Hi Arsad Haya dalam orasi mengatakan, aksi ribuan umat muslim  ini adalah aksi damai menuntut  agar pihak-pihak yang terlibat dalam karnaval merah putih yang digekar  YBSN  pada 21 Februari 2019 lalu supaya diminta pertanggung jawabannya, karena  disusupi misi agama tertentu.

Ribuan Umat Islam Morotai demo

Beberapa saat kemudian, perwakilan massa  diterima hearing oleh wakil bupati dan Kapolres Morotai  diruang kerja wabup. Wabup Morotai, Asrun Padoma  menyampaikan, pemkab  prihatin kenapa  situasi  ini bisa terjadi.  Asrun mengajak agar  tetap menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama. “Saya berharap keamana dan ketertiban kita jaga bersama. Karena toleransi itu mahal,   mari kita jaga keamanan, kita percayakan kepada  kepolisian untuk mencari pelaku pelaku kegiatan ini untuk  diproses,” tegas Asrun.

Kapolres Morotai,  Michael Sitanggang dalam hearing itu meminta agar Morotai tetap aman. “Ssya berterima kasih kepada penanggung jawab aksi yang telah menenangkan massa. Yang perlu saya tegaskan,  kejadian tersebut saya tidak berada di Morotai,” katanya.

Kapolres mengaku geram dengan hanya  gara-gara orang luar datang membuat kegiatan Morotai menjadi gaduh. Karena itu Polisi akan tindak tegas. “Saya sudah koordinasi dengan sejumlah pendeta, mereka juga merasa dirugikan sehingga meminta dicari akar masalahnya dan ditindak secara hokum. Percayakan kepada polisi yang bekerja, apabila masalah ini sudah diserahkan ke polisi dan ada yang menggoreng akan kami tangkap,” tegasnya.

Bupati tak hadir dalam hearing, massa marah dan memecahkan kaca rumah kediaman bupati

Mustafa Lasiji, perwakilan massa meminta bupati  bertanggungjawab memberi kenyamanan terhadap warganya, bukan setiap ada masalah bupati kabur. Masyarakat butuh penjelasan bupati, karena pemkab terlibat dalam kegiatan tersebut.

Dalam hearing itu yang berlangsung  alot itu,  perwakilan massa  meminta Kapolres  segera menghadirkan bupati untuk memberikan penjelasan. Massa yang sudah marah  tiba-tiba putar haluan menuju kediaman bupati  yang terletak di desa Yayasan. Emosi massa yang mulai tak terkendali  melempari rumah bupati, mengakibatkan seluruh kaca depan rumah hancur.

Situasi ini segera  dikendalikan  koordinator  Arsad Haya dan Kapolres Morotai.  Kapolres meminta massa  ke kantor polisi untuk di bicarakan dengan kepala dingin agar tuntutan masa segera di tindak lanjuti.  Sementara koordinator aksi, Arsad Haya menyatakan  siap bertanggungjawab ulah yang dilakukan massa. “Sebagai koordinator aksi saya siap bertanggungjawab dalam insiden ini,” katanya. Sementara hearing  antara Polres, Forkompimda, pihak terkait dalam kegiatan Karnaval Merah Putih dan perwakilan masa aksi dilaksanakan  di Meeting Room Polres Morotai.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, karnaval Merah Putih yang digelar  Yayasan Barokah Surya Nusantara (YBSN), Kamis 21 Februari 2019 di pantai Armydoc Nepebest, Kecamatan Morotai Selatan, kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara bermodus misi agama. Hebohnya, tercatat sebanyak 500 siswa SMA Negeri 1, SMK Pelayaran, SMPN 1, MIS Gotalamo  Aliyah dan SD se-Kota Daruba Morotai yang ikut  kegiatan yang dikemas  dalam sosialisasi anti narkoba dan seks bebas  dengan  itu diarahkan menghadap ke laut dan diduga dibaptis.

Sesuai fakta-fakta lapangan menemukanm  karnaval merah putih YBSN  menyertakan symbol-simbol agama. Padahal sesuai edaran  YBSN ke  sekolah-sekolah Islam, kegiatan ini  tidak boleh membawa  simbol agama karena temahnya murni  nasionalis. Dengan fakta ini, tokoh agama di Morotai menganggap  ada upaya pendangkalam aqidah terhadap  generasi islam yang ikut  karnaval merah putih itu.

Dugaan Kristenisasi terselubung  yang dilakukan YBSN melalui aksi sosial dan solidaritas kebangsaan. Namun kegiatan itu melenceng. Ada instrument dan atribut yang digunakan  YBSN menjurus pada simbol misionaris. Kegiatannya yang semula untuk sosialisasi narkoba dan pergaulan bebas,  diduga dialihkan pada upaya pendangkalan aqidah dan Kristenisasi terhadap siswa yang notabenenya sebagian besar  anak-anak muslim.

Simbol-simbol itu Nampak pada pembagian Roti Hidup atau  biskuit krispy yang diproduksi khusus dengan logo Tuhan Memberkati yang tercetak pada  biskuit tersebut. Begitu pula prosesi penyiraman minyak urapan dengan cara dicipratkan ke  peserta mirip baptis,  prosesi  dalam agama Kristen terhadap mereka yang baru masuk Kristen kepada  seluruh siswa.

Siswa diminta menghadap ke laut  sambil memegang roti hidup dan menggikuti  pembacaan doa yang dipandu oleh dua wanita sepintas seperti  ikrar, dilanjutkan  prosesi seremoni. Isinya ikrar itu menurut tokoh agama Morotai, ada dugaan  pendangkalan agidah dan  upaya Kristenisasi terhadap anak-anak muslim. [kz]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita