Oleh: Pirman*
Serangan ke kandang Banteng makin massif. Setelah Sandi berhasil mengobrak-abrik kandangnya, Prabowo langsung menghentak, menyerang menuju jantung kandang.
Usai blingsatan, Banteng bubar kandang. Bosnya pun bersiap pingsan. Jika taqdir, bisa jadi lekas ditamui Izrail. Tapi taqdir, tak ada yang tahu.
Berbeda dengan Sandi yang berlari lincah dan menyerang ke semua arah, Prabowo lebih elegan, tapi telak. Ia langsung menyerang pusat pertahanan Banteng; Banjarnegara, Purbalingga, dan sekitarnya.
Gaya yang digunakan Prabowo pun mirip kebiasaan yang digunakan dalam kampanye Banteng. Di ruang terbuka. Lapangan berumput. Ada panggung besar. Dibumbui sedikit musik sebelum menu utama berupa orasi berkobar.
Prabowo yang tak bisa terbang di atas massa pun dipanggul di pundak ribuan massa, bergerak santai sambil menyanyikan lagu kemenangan; ayo kita salam dua jari, pilih Prabowo-Sandi, biar kita happy. Diulang-ulang, dibumbui goyang wayang, semua bahagia. Tapi bahagia itu hadirkan panik dan takut bagi kubu sebelah. Pasti!
Telak! Meski tak disiarkan media nasional, tetapi viral. Warga telah menjadi arus media baru, memanfaatkan kuota internet ala kadarnya, disiarkan melalui ruang-ruang media sosial, kemudian masuk ke ponsel-ponsel canggih di tangan warga secara langsung. Orisinil. Bukan robot apalagi pasukan nasi bungkus.
Tagar #PrabowoMenyapaJawa terdengar indah, mudah diingat dan diperbincangkan. Ditambah dengan bumbu surat dari Ibu Suci, pensiunan guru berusia 65 tahun. Permintaan Ibu Suci sederhana, “Tambah jumlah jam pelajaran agama dan angkat guru baru yang punya kapasitas.”
Menurut Ibu Suci, tak cukup jika satu pekan hanya satu jam pelajaran Agama. Harus ditambah. Si Ibu sepertinya paham sekaligus menyindir, satu tak akan cukup untuk masalah bangsa yang kian rumit ini.
Video lain yang viral, Prabowo menyapa dari dalam mobil, dikejar-kejar warga. Bukan warga bayaran tetapi warga kampung yang benar-benar rindu pemimpin sejati, yang tegas dan punya karakter. Sebab mereka bosan dengan tampang lugu yang ternyata kawannya sesama kader Banteng korupsi 5,8 triliun.
Maka wajar jika bos Banteng pingsan. Terkonfirmasi. Sebelum pingsan, dia marah-marah. Dan esoknya, ada kejadian yang tak kalah memalukan.
Apa itu? Ada pengurus masjid yang menolak Prabowo mendirikan shalat Jum’at di masjid itu. Lah? Emang sejak kapan masjid menjadi milik pengurus? Sejak kapan seseorang dilarang mendirikan shalat Jum’at hanya karena dirinya capres?
Jika semua masjid di negeri ini menolak shalat Jum’at seorang capres, apakah capres-cawapres harus libur shalat Jum’at? Maukah pengurus masjid itu menanggung dosanya karena melarang seorang hamba Allah mendirikan shalat Jum’at? Lagi pula, berapa sih sumbangan pelaku pelarangan itu ke masjid tersebut?
Oh… Kata pengurus masjid, karena Prabowo tidak izin dan enggan dipolitisasi masjidnya. Baru tahu ya, ternyata untuk shalat Jum’at harus izin. Dikira petugas partai kali ya, yang harus izin kepada Emaknya. Ada-ada saja!
*) Penulis adalah Pecinta Keluarga Sejati