GELORA.CO - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo menjadi sosok yang lebih agresif menyerang lawan politiknya dalam Pemilihan Presiden 2019.
Dalam beberapa kesempatan, dia tidak ragu melontarkan pernyataan-pernyataan menohok yang menyindir lawannya, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan Jokowi kini adalah orang yang berbeda.
"Jokowi menyerang saja sudah merupakan Jokowi yang berbeda dari 2014. He is a different Jokowi," ujar Hendri melalui keterangan tertulis, Senin (4/2/2019), dikutip dari tribunnews.
Yang ditunjukan Jokowi ini tidak lazim dilakukan petahana.
Hendri mengatakan teorinya, petahana hampir selalu melakukan aksi bertahan.
Dia juga akan melakukan klaim-klaim atas perstasinya. Namun, seorang petahana tidak akan menyerang.
Lantas, mengapa Jokowi berubah dan berbeda?
Hendri mengatakan perubahan ini bisa diterjemahkan menjadi dua hal.
Pertama, ini menunjukkan bahwa Jokowi dalam tekanan.
"Saat ini dia dalam keadaan tertekan sehingga menyerang keluar dinilai sebagai cara bertahan terbaik," ujar Hendri.
Citra Jokowi yang negatif adalah salah satu yang membuatnya tertekan.
Kemudian ada beberapa tren politik yang dinilai tidak menguntungkan Jokowi sebagai petahana.
Misalnya, ekonomi akar rumput yang belum menunjukan perbaikan dan juga elektabilitas yang mentok.
Alasan kedua adalah kebutuhan Jokowi akan citra pemimpin tegas.
Hendri mengatakan survei lembaganya KedaiKOPI menunjukan citra tegas masih lekat pada sosok Prabowo.
Menurut Hendri, sebenarnya citra sederhana yang selama ini lekat pada Jokowi cukup menarik masyarakat.
Citra ini yang sukses membawa Jokowi sebagai pemenang dalam Pilpres 2014.
Namun, citra tersebut kini tidak cukup.
Pada akhirnya, Jokowi kini juga punya citra-citra lain akibat berbagai aksinya seperti naik motor modifikasi.
"Saat ini citra yang melekat kepada Jokowi menjadi terlalu beragam," ujar Hendri. (*)